Skip to main content

Pontianak - Cibanteng, Bogor

Dua bulan satu minggu minggu aku meninggalkan Bogor, walaupun singkat terasa cukup untuk mengobati rindu kepada kampung halaman dan keluarga. Seharusnya banyak yang sudah aku selesaikan selama liburan kemarin, tapi liburan tetap liburan dan akhirnya hanya kumpul dengan keluarga dan beberapa teman yang masih sempat diajak ngumpul.

Hampir jam 7 pagi kemarin aku dan istriku meluncur dari rumah menuju ke bandara Supadio dengan diantar kedua mertua dan kakak iparku menggunakan mobil. Setelah menunggu cukup lama (sempat sarapan di kantin bandara) akibat pesawat yang delay satu jam akhirnya kami mengudara pada jam 9.15 pagi. Garuda Indonesia sekalipun tidak dapat bernegosiasi dengan cuaca, apalagi kondisi langit kota Pontianak kembali berkabut walaupun hujan sudah beberapa kali membasahi bumi Khatulistiwa.

Penerbangan GA 503 ini boleh dikatakan diatas lumayan, walaupun aku membeli tiket promo di kelas ekonomi. Melihat pramugarinya aku teringat dengan penerbanganku ke Kuala Lumpur dulu, dalam penampilan pramugari Indonesia jauh lebih eye cathing dari pada pramugari malaysia, namun mereka jelas lebih halus dalam berbahasa Inggris dan sedikit murah senyum (pramugari Indonesia*beberapa lebih sedikit lagi senyumnya). Didalam pesawat kami disajikan snack (bisa juga dikatakan makanan berat) bihun telur, minuman dapat kita pilih seperti jus,kopi, teh, air putih, pilih semuanya juga boleh. Melihat majalah penerbangan Garuda yang berisi tempat-tempat yang layak untuk kita kunjungi sangat menarik dan seolah tempat-tempat tersebut mengundang kita untuk datang.

Beberapa kali pesawat mengalami turbulensi kecil dan tampaknya pilot menambah ketinggian pesawat (mungkin juga cuma perasaanku). Dengan berbagai kenyamanan tersebut, penerbangan ini terasa singkat sekali. Walaupun ada sedikit gangguan setelah pesawat mendarat, penumpang tidak bisa langsung turun karena satu dan lain hal yang menjadi tanggung jawab kru di bandara.

Keluar dari bandara kami langsung menggunakan Bus Damri menuju terminal Baranangsiang kota Bogor. Entah kenapa perjalanan kali terasa singkat sekali, mungkin hanya satu setengah jam (sebelumnya sekitar 3 jam). Sampai di Baranangsiang kami langsung di sambut oleh calo-calo taksi, setelah tawar menawar yang sedikit panas akhirnya aku melakukan kebodohan yang kemudian kusesali, hanya karena tidak mau membayar 10 ribu aku kehilangan 45 ribu karena harus membayar oplet 105 ribu, padahal cukup dengan 60 ribu. Dalam perjalanan ke Cibanteng dalam angkot berudara panas, aku teringat dengan perjalanan kami tahun lalu menggunakan taksi (mungkin Avanza) ber-AC dengan membayar 105 ribu juga (masih awam dengan Bogor). Sekarang aku sadari juga, aku masih awam walaupun hampir setahun tinggal di Cibanteng, Bogor.

Akhirnya sampai juga di kontrakan yang telah kami tinggalkan dua bulan lalu dengan disambut jasad-jasad kecoa yang meskipun sempat dibersihkan oleh teman-teman mahasiswa pasca baru dari Pontianak yang menumpang di kontrakan ini.

Comments

Popular posts from this blog

Serakalan - Budaya Masyarakat Melayu Sambas

Bagi masyarakat Sambas, Serakalan adalah kata yang sangat familiar. Serakalan adalah salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat Sambas, namun juga dikenal oleh beberapa masyarakat Islam lain di Indonesia. Kebudayaan ini masuk bersamaan dengan kedatangan Islam ke Indonesia. Beberapa waktu yang lalu dalam kunjungan saya ke Sambas sempat mengikuti acara Serakalan yang dilakukan di rumah salah satu keluarga jauh. Berada di tengah-tengah acara Serakalan tersebut benar-benar pengalaman baru bagi saya. Bersyukur juga budaya melayu ini masih dipertahankan masyarakat Sambas. Pada awalnya Serakalan merupakan wujud ekspresi ta’dzim yang berhubungan dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah. Serakalan berisi syair-syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau “debaan” (Maulid Ad-Diba’iy). Pembaca Serekalan - Sambas Serakalan telah berkembang dikalangan masyarakat Sambas dan dikemas sedemikian rupa sehingga...

Tips Submit Artikel di Vivalog agar di Approve

Sudah bebeberapa artikel saya submit di vivalog , sudah beberapa kali malah, tapi tidak satu pun yang masuk dan di publish di sana. Rasanya agak frustasi juga (yang ringan saja), karena agak bertanya-tanya apa yang salah dari artikel saya. Saya pun mencari-cari apa yang salah dengan artikel yang saya submit di beberapa blog melalui google. Akhirnya karena tidak juga menemukan jawaban yang memuaskan saya melepas i-frame dari vivalog karena merasa ada ketidakadilan. Sementara saya memasang frame di blog saya, vivalog tidak menerima satupun artikel yang saya submit. Kemarin, saya mencoba kembali submit artikel di vivalog , Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ternyata kali kemarin artikel saya bisa di approve dan di publish di vivalog. Bahkan langsung menjadi salah satu artikel populer, dan seperti penjelasan di banyak blog lainnya, visitor saya langsung meroket hingga sepuluh kali lipat. Rasanya jadi terbayar sekali saya membuat atau menyadur artikel di blog saya . Saya kemu...

Long House of Dipanimpan Bolong Nanga Nyabau, Heart of Borneo

The Nanga Nyabau Village Nanga Nyabau is one of the villages in Kapuas Hulu Regency, precisely in Embaloh Hulu district. It does’nt take a long time to visit this village from Putussibau*. Nanga Nyabau can be achieved in about 1 hour road trip. I have been to this village several times, but not with special intentions for traveling or backpacking. My arrival to this village was only to take my co-workers in the village of Nanga Lauk. Why go to Nanga Nyabau village? Its because the most plausible path to the village of Nanga Lauk is the river route starting from Nanga Nyabau downstream of the Palin River. After several visits, I learned that Nanga Nyabau Village has a betang house (long house) that has been designated as a cultural heritage object. While waiting for the boat pickup from Nanga Lauk, we visited the betang house in Nanga Lauk village on the advice of Rio. From where the car was parked, me, the nicke, elin, and aloy, walked across the suspension bridge that are very com...