Skip to main content

In to The Wild: Happiness Only Real When Shared

Bertualang sendirian? Siapa takut?

Kalau saya, sejujurnya, saya saja kurang berani, tetapi bukan berarti takut. Nah lo???

Itulah kejujuran saya, kalau bisa bertualang bersama teman, kenapa harus sendirian? Kalau tidak ada yang bisa  menemani, kenapa harus dipaksakan pergi (*syarat dan ketentuan berlaku). Tapi sejujurnya juga saya salut dengan orang yang berani memutuskan untuk melakukan perjalanannya seorang diri. Walaupun batas antara berani dan bodoh terkadang sangat tipis sekali.

Rangkaian kata ini berawal dari ingatan saya tentang seseorang yang menjuluki dirinya sendiri sebagai "Alexander Supertramp". Siapakah dia? Dia adalah seorang pria dengan nama asli Christopher McCandless. Kalau menurut Soe Hok Gie, si "supertramp" ini termasuk salah satu manusia yang beruntung di dunia. Kenapa? Karena dia mati muda.

Cerita bang McCandless ini mungkin termasuk salah satu cerita petualangan yang cukup fenomenal, karena cara mati beliau yang mungkin bisa kita katakan sangat menyedihkan. Kalau mas bro-mas bro ingin tau kisah selanjutnya, silahkan tonton film berjudul Into The Wild.

Sedikit bocoran.

Film ini diangkat dari sebuah novel, novelnya juga diangkat, tapi dari sebuah kisah nyata. Kisah nyata seorang Christopher McCandles. Cerita bermula saat Mas Chris baru lulus dari perguruan tinggi, dengan nilai yang memuaskan dia telah membuat bahagia kedua orang tuanya. Sebagai anak tertua, orang tuanya menaruh harapan yang sangat besar terhadap kehidupan mas Chris ini.

Bayangan tentang masa depan anaknya dengan pekerjaan yang layak memenuhi pikiran kedua orang tuanya. Begitu juga pikiran Mas Chris, namun pikiran Mas Chris ternyata sangat berbeda dengan kedua orang tuanya. Dia memikirkan sebuah petualangan besar, petualangan hebat.

Dan dia ingin mencari sebuah kebebasan, kebebasan mutlak. Kebebasan yang tidak terhalangi kebebasan orang lain, karena menurut dia, yang menjadi batas kebebasan manusia adalah kebebasan manusia lainnya.

Mas Chris kemduian berkelana seorang diri dari satu tempat ke tempat lainnya, melihat dunia. Hingga pada suatu saat dia berpikir tentang sebuah tempat dimana dia bisa menemukan kebebasan tersebut. Kebebasan yang hanya dibatasi oleh tubuh manusianya sendiri. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah pelajaran hidup.

Sebuah pelajaran tentang kebahagiaan, bahwa "kebahagiaan hanya akan nyata saat kita berbagi", "Happiness only real when shared". Sebuah pelajaran yang dia tinggalkan untuk kemanusiaan.

Sumber gambar: www.christophermccandless.info

Comments

Popular posts from this blog

Serakalan - Budaya Masyarakat Melayu Sambas

Bagi masyarakat Sambas, Serakalan adalah kata yang sangat familiar. Serakalan adalah salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat Sambas, namun juga dikenal oleh beberapa masyarakat Islam lain di Indonesia. Kebudayaan ini masuk bersamaan dengan kedatangan Islam ke Indonesia. Beberapa waktu yang lalu dalam kunjungan saya ke Sambas sempat mengikuti acara Serakalan yang dilakukan di rumah salah satu keluarga jauh. Berada di tengah-tengah acara Serakalan tersebut benar-benar pengalaman baru bagi saya. Bersyukur juga budaya melayu ini masih dipertahankan masyarakat Sambas. Pada awalnya Serakalan merupakan wujud ekspresi ta’dzim yang berhubungan dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah. Serakalan berisi syair-syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau “debaan” (Maulid Ad-Diba’iy). Pembaca Serekalan - Sambas Serakalan telah berkembang dikalangan masyarakat Sambas dan dikemas sedemikian rupa sehingga...

Tips Submit Artikel di Vivalog agar di Approve

Sudah bebeberapa artikel saya submit di vivalog , sudah beberapa kali malah, tapi tidak satu pun yang masuk dan di publish di sana. Rasanya agak frustasi juga (yang ringan saja), karena agak bertanya-tanya apa yang salah dari artikel saya. Saya pun mencari-cari apa yang salah dengan artikel yang saya submit di beberapa blog melalui google. Akhirnya karena tidak juga menemukan jawaban yang memuaskan saya melepas i-frame dari vivalog karena merasa ada ketidakadilan. Sementara saya memasang frame di blog saya, vivalog tidak menerima satupun artikel yang saya submit. Kemarin, saya mencoba kembali submit artikel di vivalog , Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ternyata kali kemarin artikel saya bisa di approve dan di publish di vivalog. Bahkan langsung menjadi salah satu artikel populer, dan seperti penjelasan di banyak blog lainnya, visitor saya langsung meroket hingga sepuluh kali lipat. Rasanya jadi terbayar sekali saya membuat atau menyadur artikel di blog saya . Saya kemu...

Long House of Dipanimpan Bolong Nanga Nyabau, Heart of Borneo

The Nanga Nyabau Village Nanga Nyabau is one of the villages in Kapuas Hulu Regency, precisely in Embaloh Hulu district. It does’nt take a long time to visit this village from Putussibau*. Nanga Nyabau can be achieved in about 1 hour road trip. I have been to this village several times, but not with special intentions for traveling or backpacking. My arrival to this village was only to take my co-workers in the village of Nanga Lauk. Why go to Nanga Nyabau village? Its because the most plausible path to the village of Nanga Lauk is the river route starting from Nanga Nyabau downstream of the Palin River. After several visits, I learned that Nanga Nyabau Village has a betang house (long house) that has been designated as a cultural heritage object. While waiting for the boat pickup from Nanga Lauk, we visited the betang house in Nanga Lauk village on the advice of Rio. From where the car was parked, me, the nicke, elin, and aloy, walked across the suspension bridge that are very com...