Skip to main content

Bakso Kabayan Babakan Tengah IPB Dramaga

Berkali-kali saya melewati mamang bakso (gerobak) yang menyebarkan aroma yang menggoda. Sudah lama sekali saya dan istri tidak makan bakso, tinggal di pulau Jawa membuat kami agak freak dengan jajanan diluar. Terlalu banyak cerita yang beredar di masyarakat mauapun di media massa, cerita yang membuat kita agak takut untuk makan diluar. Tapi kemarin sore, akhirnya kami berdua tidak tahan juga pengen makan bakso. Tawakkal 'alAllah akhirnya kami pergi berburu bakso.

Penampakan Bakso Kabayan Babakan Tengah, Dramaga, Bogor
Selepas shalat di masjid kami menuju tempat parkir di dalam kampus yang dekat dengan jalan keluar menuju jalan paling ramai di sekitar kampus IPB Dramaga. Berjalan kaki kami mencari-cari warung bakso, hanya ada dua tempat yang menyediakan bakso. Namun keduanya tidak berhasil menggoda kami untuk singgah, yang satu terlalu penuh (kecil) dan sedikit sekali baksonya (saya lihat),  yang satu lagi tempatnya agak berantakan dan terkesan kotor. Setelah diskusi singkat, kami sepakat untuk mencari warung bakso di sekitar Babakan Tengah.

Motor dinyalakan, kami keluar dari lingkungan kampus dengan memutar, karena tidak ada jalan tembus. Akhirnya kami menemukan sebuah warung Bakso. Langsung memesan ke mbak penjaganya yang sedang menyiapkan semangkuk bakso dengan wajah tegang. "Bakso uratnya dua mbak", dinda memesan ke mbaknya. Tidak sampai satu menit dibelakang kami datang dua orang wanita (sepertinya mahasiswa) memesan juga. Kami duduk di kursi meja paling depan, saya melihat ke arah televisi yang acara-acaranya semakin memprihatinkan.
Beberapa lama menunggu, si mbak "koki" bakso tadi berjalan membawa dua mangkok bakso, tapi dia melewatkan kami. What??? Ternyata dua mangkok bakso tadi diberikannya kepada dua orang wanita yang belakangan datang dari kami tadi. Yang lebih bikin "ngesak", dia singgah di samping dinda kemudian bertanya..
"Mbaknya mau pesan apa?",
What!!!
"Tadi kami udah pesan, kami duluan tadi yang pesan!", dengan perasaan kesal yang tidak ingin ditunjukkan karena saya berusaha untuk tetap ramah kepada penjual.. :P
"Oh iya", maaf kak.
Wajahnya yang semula tegang berubah menjadi senyum untuk meminta maaf. Untunglah dia tersenyum, kalau tidak dia tidak akan mendapatkan keramahan dari dinda yang pastinya naik darah juga.

Gimana lagi, kami harus bersabar, nasi sudah menjadi bakso... #sejakkapan?
Tidak lama waktu yang dibutuhkan si mbak tadi untuk menyiapkan bakso kami, tapi sayangnya, tidak ada mie kuning yang tersisa. Pasrah!

Selamat makan!

Alhamdulillah, kesabaran kami berbuah bakso (tetap bayar). Rasa kuahnya sungguh menggoyang lidah dan membuatnya menari. Nyam.... Rasanya kerinduan kami kepada bakso selama beberapa bulan kemarin terobati. Rasanya sangat familiar dengan lidah kami. Rasa daging sapinya masih cukup kuat di bola bakso tersebut, dua bola bakso kecil, dan satu bola besar seukuran kepalan tangan bayi berumur kurang dari setahun.

Kuahnya terasa segar dan gurih, racikan bumbu kuahnya menurut saya benar-benar pas. Tambahkan sambal, emmm... walaupun ada extra time saat menunggu karena kesalahan mbak "koki"nya, kami anggap dia hanya khilaf. Kami tidak jera kesana, karena rasanya memang "memukau" (cam ye ye j).

Oke, saya kasih tahu nama warung baksonya, namanya adalah Mie Bakso dan Mie Ayam Kabayan. Letaknya di Jalan Bateng (IPB Darmaga). Satu kekurangan bakso Kabayan adalah porsinya yang menurut saya jauh dari cukup untuk membuat perut hampi kenyang. Jadi kami datang ke bakso ini hanya sekali-kali, kalau sudah benar-benar kebelet. Biar dompet nggak cepet kempes.

Demikianlah liputan apa adanya ini saya buat, semoga bermanfaat untuk diri saya pribadi dan bagi orang yang lain yang sudah membuang waktunya untuk membaca ini. Terimakasih.
Baca juga:
Nasi Bakar Ayam, Kantin Plasma IPB
Lumpia Basah Babakan Raya IPB Dramaga
Udang Bakar Warung Raos Babakan Raya IPB Dramaga

Comments

Popular posts from this blog

Tips Submit Artikel di Vivalog agar di Approve

Sudah bebeberapa artikel saya submit di vivalog , sudah beberapa kali malah, tapi tidak satu pun yang masuk dan di publish di sana. Rasanya agak frustasi juga (yang ringan saja), karena agak bertanya-tanya apa yang salah dari artikel saya. Saya pun mencari-cari apa yang salah dengan artikel yang saya submit di beberapa blog melalui google. Akhirnya karena tidak juga menemukan jawaban yang memuaskan saya melepas i-frame dari vivalog karena merasa ada ketidakadilan. Sementara saya memasang frame di blog saya, vivalog tidak menerima satupun artikel yang saya submit. Kemarin, saya mencoba kembali submit artikel di vivalog , Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ternyata kali kemarin artikel saya bisa di approve dan di publish di vivalog. Bahkan langsung menjadi salah satu artikel populer, dan seperti penjelasan di banyak blog lainnya, visitor saya langsung meroket hingga sepuluh kali lipat. Rasanya jadi terbayar sekali saya membuat atau menyadur artikel di blog saya . Saya kemu...

Pantai Temajuk: 1. Perjalanan Panjang

Muara Sungai Paloh Pantai Temajok adalah salah satu pantai paling indah di Kalimantan Barat, pantai ini terletak di Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas, bagian paling barat dari pulau Kalimantan. Tahun 2007 saya sempat mengunjungi tempat tersebut untuk mengikuti suatu kegiatan kepencintaalaman. Kunjungan saya ke Pantai Temajok itu meninggalkan kenangan yang sangat mengesankan bagi saya, karena suasana desa yang masih asri dengan pantai yang masih sangat alami relatif sulit untuk diakses. Sebagai pengingat bagi saya dan mungkin bisa bermanfaat bagi pembaca, maka berikut saya ceritakan pengalaman perjalanan tersebut. Memang kejadiannya sudah berlangsung tujuh tahun yang lalu, tapi mungkin kondisinya menurut saya masih relevan dengan kondisi saat ini. Perjalanan dimulai dari tepian Sungai Kapuas di sekretariat Mapala Arkha UPB Kota Pontianak pada subuh hari, tanggalnya saya lupa. Menggunakan bus kapasitas 30 penumpang kami meninggalkan Pontianak menuju Sambas. Setelah kurang l...

Pantaskah Aku disebut Sebagai Seorang Blogger?

Beberapa hari yang lalu saya menemukan satu bacaan yang menarik di Kompasiana, tentang dunia perbloggeran yang agak menggelitik dan bikin gelisah (geli-geli bas... ah sudahlah). Pernyataannya adalah sebagai berikut: Begitu mudah kita menempelkan suatu profesi hanya karena melakukan satu dua pekerjaan saja. Menyebut diri blogger hanya karena punya blog (padahal tidak update juga), bla bla bla.... Pernyataan diatas bisa dilihat dalam kolom Dari Redaksi yang ditulis oleh Pemred Femina. Bagaimana menurut rekan-rekan? Adakah perasaan tergelitik... atau tersinggung? Tapi tunggu dulu, pernyataan sang Pemred tersebut masih ada kelanjutannya, berikut potongan lainnya... “Mungkin ini urusan pribadi, namun di ranah profesional hal ini sulit dibenarkan. Penghargaan terhadap mereka yang betul-betul berprofesi itu menjadi terabaikan. Apalagi ketika mereka kalah ‘pamor’ dengan para wannabe ini yang populer di ranah maya”. Gimana? Ada yang tersenggol? Pernyataan di atas saya ketahui dari blog K...