Skip to main content

Review Guardians of The Galaxy

Baru saja kehilangan sosok ibu, Peter Quill kecil diambil diculik oleh sebuah pesawat alien dari luar angkasa. Dua puluh enam tahun kemudian, Peter mendarat di planet Morag, sebuah planet yang telah lama di tinggalkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sebuah orb (orb) misterius. Ternyata Peter tidak sendiri, ada orang lain (alien) pimpinan Ronan The Accuser (Lee Pace) yang juga mengincar orb tersebut. Meskipun berhasil melarikan dari dari kejaran alien tersebut, Peter Quill menjadi incaran kelompok penjahat tersebut.




Mendarat di Xandar, ibukota Kekaisaran Nova, Peter Quill berencana untuk menjual orb yang didapatkannya dari planet Morag. Ronan yang berencana untuk menghancurkan Xandar dengan Orb misterius tersebut mengirim Gamora (Zoe Saldana) ke Xandar untuk merampas Orb tersebut dari Peter.

Dua orang pemburu hadiah, Rocket Racoon (Bradley Cooper/suara) dan Groot The Tree (Vin Diesel/suara) juga mengejar Peter Quill untuk mendapatkan hadiah yang  ditawarkan oleh Yondu Udonta yang sudah seperti ayah. Pertemuan Peter, Gamora, dan Rocket dan Groot di Xandar mengundang keributan yang mengakibatkan mereka semua ditangkap oleh tentara Nova. Mereka semua kemudian masuk penjara.

Setelah keributan kecil di penjara, Peter dan ketiga orang lainnya  ditambah Drax Destroyer yang menaruh dendam kepada Ronan karena keluarganya dibunuh,  sepakat untuk bekerjasama menghentikan rencana jahat Ronan. Berlima mereka sepakat untuk menghadapi Ronan, dimulailah perjuangan lima Guardians of The Galaxy.

Film Guardians Of The Galaxy dibuat berdasarkan komik Marvel dengan judul yang sama, sejujurnya, baru dari film ini saya mengetahui bahwa ada komik ini dari Marvel. 

Pada awalnya saya sama sekali tidak tertarik untuk menonton film yang bertema petualangan luar angkasa dengan melibatkan banyak alien seperti ini, tapi karena penasaran juga akhirnya saya putar juga. Ternyata film ini relatif sangat menarik menurut saya. Bagian awal yang paling menarik menurut saya adalah soundtrack yang menggunakan musik pop tahun 70-80-an.

Penggunakan musik ini memiliki latar belakang yang sangat koheren dengan masa lalu Peter Quill yang pada masa kecilnya berada di bumi pada tahun-tahun tersebut. Musik-musik lawas tersebut juga terasa agak menggelitik selera humor penontonnya. Jika Anda kurang paham dengan lelucon-lelucon Peter yang lawas, ada banyak lelucon lain yang juga lucu tanpa mengharuskan Anda menjadi generasi lawas juga.

Jika dibandingkan dengan film Marvel lainnya, mungkin film ini memiliki selera humor yang paling tinggi. Bahkan mungkin film ini lebih lucu daripada karakter Tony Stark dalam Ironman. Karakter utama dalam film ini memang Peter Quill, namun karakter yang menurut saya paling berkesan adalah Rocket Raccoon dan Groot the Tree. Rocket Racoon, memang seekor rakun. Aslinya dia memang seekor rakun yang menjadi objek percobaan pengembangan kecerdasan pada hewan. Karena percobaan itulah sehingga Rocket menjadi cerdas, bahkan dalam film ini dia memang anggota The Guardian yang paling cerdas. Gaya dan bicaranya bahkan lebih manusiawi daripada Gamora dan Dex yang secara fisik lebih mirip manusia.

Sedangkan Groot, saya sendiri belum menemukan referensi tentang Groot yang hanya bicara "I am Groot" sepanjang film. Pada awal mendengar kata-kata yang sama dari Groot terasa mengganggu, tapi lama kelamaan apa yang dikatakannya itu malah terasa menjadi humor yang menghibur. Namun bagian paling menghibur adalah aksi dari Groot anakan pada akhir film, berat untuk saya katakan, tapi harus saya akui Groot anakan tersebut memang sangat menggemaskan. Rocket dan Groot menjadi karakter yang paling lucu dalam film ini.

Gamora menurut saya adalah tipe wanita keras yang serius, hal ini mungkin berhubungan dengan masa lalunya sebagai spesies anggota dari ras alien dari planet yang diserang dan di bantai oleh Thanos, ayah angkatnya. Tentang Peter Quill, bisa saya katakan dia memiliki prilaku seperti manusia modern saat ini dalam balutan gaya Pop 70-an. Aksi Chriss Pratt sebagai Peter Quill relatif sangat menghibur dan lelucon-leluconnya terasa segar walaupun mungkin agak lawas.
Baca juga:
Review: Spider-Man: Homecoming
Walaupun film ini memiliki ending yang kurang greget, secara keseluruhan Guardian of The Galaxy sangat menghibur untuk ditonton untuk semua umur. Bahkan untuk anak-anak, film ini terlihat sangat aman, karena tidak ada adegan-adegan "dewasa" atau percintaan yang menjadi ciri khas Hollywood. Jadi bisa kita dikatakan film ini adalah film keluarga. Kekerasan yang ditunjukkan dalam film ini juga tidak berlebihan, bagian paling keras mungkin  adalah saat Ronan membunuh salah satu pembantu ayah angkatnya Thanos, adegan lainnya misalnya hancurnya tubuh alien-alien seperti dalam film Ksatria Baja Hitam atau Power Ranger tahun 90-an. 

Demikianlah review saya tentang film action commedy Guardians of The Galaxy dari Marvel ini, semoga bisa menghibur Anda. Selamat menonton.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...