Skip to main content

Jenis-jenis Kompor Lapangan Pendakian Gunung

Kurang rasanya kalau camping atau naik gunung nggak makan, apalagi nggak ngopi, Eits, ini pendapat yang sesat, naik gunung ya harus makan, baru ngopi. Tapi tentu saja kita harus punya alat masaknya, dan yang penting adalah kompor lapangan. Bagi yang udah sering naik gunung pasti tahu, tapi yang nubi-nubi sejenis saya ini mungkin kurang paham. Karena itu, saya ingin berbagi apa yang baru saja saya rangkum dari pencarian di berbagai sumber tentang jenis-jenis kompor lapangan.

Baca juga:
4 Hal Menyenangkan dari Camping
Camping Membuang Jenuh


Setelah saya baca-baca, ternyata banyak sekali jenis kompor lapangan, namun secara garis besar untuk membahasnya, kita dapat pengelompokan kompor lapangan berdasarkan jenis bahan bakarnya. Nah berdasarkan jenis bahan bakarnya ini, ada tiga jenis kompor lapangan, yaitu yang berbahan bakar gas, cair dan padat.

Kompor Lapangan Berbahan Bakar Padat

Jenis kompor ini lebih umum dikenal sebagai kompor parafin, kompor jenis ini umum dipakai oleh personil tentara. Bentuknya ringkas dan kompak, hanya berbentuk box dari bahan seng seukuran buku saku. Kompor jenis ini sangat ringan, namun, bahan bakarnya yang agak berat, yaitu parafin putih. Jenis kompor bahan bakar padat relatif kurang efisien dibandingkan bahan bakar cair dan gas, sehingga saat ini kurang populer di kalangan pendaki (ini pendapat agak sotoy). Untuk mendapatkan kompor berbahan bakar padat ini, anda bisa mendatangi toko outdoor atau toko perlengkapan TNI/Polri.

Kompor Lapangan Berbahan Bakar Cair

Kompor dengan bahan bakar cair yang umum digunakan di Indonesia ada dua jenis bahan bakar, yaitu bahan bakar spiritus dan minyak tanah. Anda tidak akan mau mencoba bahan bakar bensin, karena sangat cepat terbakar dan menyambar. Untuk minyak tanah, memang dulu banyak digunakan dengan bentuk kompor tradisional atau kompor DIY (Do It Yoruself), namun berhubung harga minyak tanah lebih mahal daripada bensin, lebih baik menggunakan bahan bakar spiritus.

Untuk kompor spiritus bisa juga dibuat dengan DIY, namun jika punya budget lebih, sebaiknya beli kompor spiritus portable. Kompor lapangan spiritus yang paling terkenal adalah Trangia, anda bisa membeli kompor ini satu paket dengan perlengkapan masaknya yaitu cerek kecil, panci, dan penggorengan. Harganya meman agak tinggi, tapi sangat sebanding dengan menfaat yang akan anda dapatkan.

Kompor Lapangan Berbahan Bakar Gas

Jenis kompor ini mungkin yang paling sering digunakan oleh banyak penggiat petualangan alam bebas, karena paling mudah penggunaannya, walaupun agak ribet membawanya. Selain itu, umumnya kompor lapangan berbahan bakar gas adalah yang paling berat. Ada dua bentuk kompor lapangan yang biasanya dibawa pendaki untuk naik gunung di Indonesia, yaitu yang model lipat dan model box. Model box paling mudah di operasikan, ini cocok untuk dibawa camping rombongan yang lumayan ramai. Model lipat lebih kecil dan compact, lebih cocok untuk di bawa rombongan kecil.

Itulah jenis-jenis kompor lapangan yang umumnya digunakan di Indonesia, saya sendiri dulu hanya punya kompor parafin. Pernah juga mencoba Trangia, tapi punya teman, nyoba kompor gas, punya teman juga. Namun dari pengalaman itu, saya ngefans sekali dengan kompor spiritus. Kalau kompor gas memang mudah, tapi bebannya agak besar, dan akan menggoda kita untuk nyampah di gunung. Sampahnya ya tabung bekasnya. Tapi Alhamdulillah, seingat saya, saya belum pernah nyampah tabung gas di gunung. Salam lestari alam.

Baca juga:
Berapa Kapasitas Carrier Backpack yang Anda Butuhkan

Comments

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...