Skip to main content

Perlunya Memasukkan Orang ke Dalam Foto

Dalam suatu perjalanan menuju suatu tempat wisata, seorang teman saya yang punya hobi fotografi mengatakan bahwa dia kurang menyukai foto lanskap. Kenapa demikian? Menurutnya, foto lanskap adalah foto yang tampak kosong. Sepulang dari perjalanan itu saya melihat foto-foto lanskap yang pernah saya ambil, ternyata banyak foto lanskap yang saya ambil terasa kosong.

Dari situ kemudian saya berkesimpulan bahwa memasukkan manusia ke dalam foto yang kita ambil bisa membuat foto yang kita ambil lebih berisi. Setelah browsing-browsing, ternyata ada beberapa alasan yang membuat kita perlu untuk memasukkan orang-orang ke dalam foto kita, berikut adalah beberapa alasan tersebut:

1. Memberikan kesan skala perbandingan

Sulit untuk melihat ukuran objek yang anda foto tanpa memasukkan sesuatu yang cukup familiar kedalamnya sebagai pembanding. Misalnya menempatkan seseorang didekat sebuah pohon, anda akan dapat langsung membayangkan ukuran atau tinggi pohon tersebut, atau sebuah air terjun seperti gambar dibawah ini. Adanya orang pada gambar dibawah membuat pemandangan air terjun ini terlihat besar dan dramatis.

Orang memberikan kesan skala (Foto oleh Marcel Alveri Adis)

2. Memberikan konteks kepada foto

Adanya manusia dalam sebuah foto dapat menjadi cara untuk berkomunikasi dengan orang yang melihat foto anda. Misalnya saat orang yang berjalan disebuah lembah yang dikeliling gunung-gunung bisa menunjukkan sebuah aktifitas petualangan.

3. Orang dalam foto dapat menyampaikan cerita

Memasukkan orang-orang kedalam foto yang anda ambil dapat membantu menyampaikan cerita tentang foto tersebut. Misalnya orang yang sedang bertani, sedang piknik, dan lain sebagainya.

4. Orang sebagai point of interest

Manusia dalam sebuah foto dapat menjadi point of interest dari foto tersebut, terutama jika objek yang akan anda ambil memiliki warna dan pola yang monoton. Dengan menempat seseorang dalam foto tersebut, ia dapat memecah kebosanan dalam foto tersebut dan menghasilkan gambar yang lebih baik.

Kira-kira seperti itulah keuntungan memasukkan orang kedalam foto yang anda ambil. Bagaimana pengalaman anda sendiri?

Comments

Popular posts from this blog

Tips Submit Artikel di Vivalog agar di Approve

Sudah bebeberapa artikel saya submit di vivalog , sudah beberapa kali malah, tapi tidak satu pun yang masuk dan di publish di sana. Rasanya agak frustasi juga (yang ringan saja), karena agak bertanya-tanya apa yang salah dari artikel saya. Saya pun mencari-cari apa yang salah dengan artikel yang saya submit di beberapa blog melalui google. Akhirnya karena tidak juga menemukan jawaban yang memuaskan saya melepas i-frame dari vivalog karena merasa ada ketidakadilan. Sementara saya memasang frame di blog saya, vivalog tidak menerima satupun artikel yang saya submit. Kemarin, saya mencoba kembali submit artikel di vivalog , Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ternyata kali kemarin artikel saya bisa di approve dan di publish di vivalog. Bahkan langsung menjadi salah satu artikel populer, dan seperti penjelasan di banyak blog lainnya, visitor saya langsung meroket hingga sepuluh kali lipat. Rasanya jadi terbayar sekali saya membuat atau menyadur artikel di blog saya . Saya kemu...

Serakalan - Budaya Masyarakat Melayu Sambas

Bagi masyarakat Sambas, Serakalan adalah kata yang sangat familiar. Serakalan adalah salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat Sambas, namun juga dikenal oleh beberapa masyarakat Islam lain di Indonesia. Kebudayaan ini masuk bersamaan dengan kedatangan Islam ke Indonesia. Beberapa waktu yang lalu dalam kunjungan saya ke Sambas sempat mengikuti acara Serakalan yang dilakukan di rumah salah satu keluarga jauh. Berada di tengah-tengah acara Serakalan tersebut benar-benar pengalaman baru bagi saya. Bersyukur juga budaya melayu ini masih dipertahankan masyarakat Sambas. Pada awalnya Serakalan merupakan wujud ekspresi ta’dzim yang berhubungan dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah. Serakalan berisi syair-syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau “debaan” (Maulid Ad-Diba’iy). Pembaca Serekalan - Sambas Serakalan telah berkembang dikalangan masyarakat Sambas dan dikemas sedemikian rupa sehingga...

Pantaskah Aku disebut Sebagai Seorang Blogger?

Beberapa hari yang lalu saya menemukan satu bacaan yang menarik di Kompasiana, tentang dunia perbloggeran yang agak menggelitik dan bikin gelisah (geli-geli bas... ah sudahlah). Pernyataannya adalah sebagai berikut: Begitu mudah kita menempelkan suatu profesi hanya karena melakukan satu dua pekerjaan saja. Menyebut diri blogger hanya karena punya blog (padahal tidak update juga), bla bla bla.... Pernyataan diatas bisa dilihat dalam kolom Dari Redaksi yang ditulis oleh Pemred Femina. Bagaimana menurut rekan-rekan? Adakah perasaan tergelitik... atau tersinggung? Tapi tunggu dulu, pernyataan sang Pemred tersebut masih ada kelanjutannya, berikut potongan lainnya... “Mungkin ini urusan pribadi, namun di ranah profesional hal ini sulit dibenarkan. Penghargaan terhadap mereka yang betul-betul berprofesi itu menjadi terabaikan. Apalagi ketika mereka kalah ‘pamor’ dengan para wannabe ini yang populer di ranah maya”. Gimana? Ada yang tersenggol? Pernyataan di atas saya ketahui dari blog K...