Skip to main content

Hunting Burung di Danau LSI IPB Dramaga

Bicara tentang Bogor, tidak akan lepas dari Institut Pertanian Bogor. Satu-satunya institut pertanian yang ada di Indonesia, dan kampus pertama di Indonesia yang berlabel sebagai kampus biodiversitas (saya tidak tahu apakah ada kampus lain yang berlabel sama?). Jika anda datang sendiri ke kampus ini, anda akan melihat sendiri bahwa label itu memang pantas di pegang oleh IPB. Kampus IPB Dramaga adalah kawasan yang sangat hijau dan dihuni oleh berbagai satwa yang hidup bersama dengan irama kesibukan kampus.

Salah satu pusat persebaran satwa liar di kampus IPB adalah sebuah danau buatan yang terletak di tengah-tengah kawasan kampus ini, yaitu danau Situ Leutik atau danau LSI. Ada banyak satwa yang bisa kita lihat di danau ini, beberapa diantaranya yaitu:
  • burung air seperti kowak malam, burung Koreo Padi (melayu Pontianak: Kerowak), dan burung-burung kecil lain;
  • reptil, terutama biawak yang sering berenang mencari makan;
  • mamalia, terutama tupai
  • berbagai jenis serangga kecil.
Beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi danau ini untuk hunting foto burung-burung air yang menghuni danau ini. Seorang diri saya mendatangi danau LSI lewat jalan setapak di depan TechnoPark, masuk ke dalam kebun karet yang berada di sisi utara danau. Semakin dekat ke tepi danau semakin banyak daun yang ditutupi lapisan putih. Awalnya bingung, lapisan putih apakah diatas daun itu, tapi beberapa saat kemudian saya tahu, lapisan putih itu adalah kotoran burung yang bertengger di atas pohon-pohon di sekitar tepian danau, terutama pohon karet.

Setelah dekat dengan tepi danau, saya menuju tempat yang dekat dengan tempat burung-burung itu sering nongkrong. Tempat burung-burung tersebut sering bertengger adalah dahan-dahan kayu mati yang berada di tepi danau yang masih terendam air namun tidak dalam. Saya mengambil tempat di balik daun-daun anakan pohon sawit yang masih kecil, terlindung juga oleh daun-daun tanaman rendah yang agak rapat sehingga burung-burung itu tidak dapat melihat saya dengan jelas. Dari situlah saya mengambil gambar-gambar tersebut. Jarak terdekat yang bisa dicapai tanpa terlihat oleh target.

Walaupun jaraknya sudah dekat, ternyata tidak cukup dekat untuk mendapatkan gambar yang tajam. Masalahnya adalah lensa kamera saya tidak dapat menjangkau fokus pada burung-burung tersebut. Jadi, foto-foto yang kurang tajam dibawah inilah hasilnya.

Burung Kowak Kelabu - Danau LSI dari Balik Semak

Kowak Malam Kelabu Tinggal Landas

Kowak Malam Kelabu

Dengan keterbatasan lensa, foto-foto inilah yang bisa saya dapatkan, memang hampir semuanya blur, tapi masih cukup terlihat. :D Salam.

Comments

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...