Skip to main content

Jalan-jalan ke Tanjung Bajau, Sinka Zoo dan Rindu Alam (2)

Saat matahari telah tergelincir dari dudukan tertingginya, dari area koleksi ikan Tanjung Bajau kami menuju mushala dan melaksanakan kewajiban lima waktu. Air wudhu terasa sangat menyejukkan, kontras sekali dengan terik matahari di tengah hari di tepi pantai. Suasana mushala cukup ramai siang itu.

Selesai shalat kami melanjutkan perjalanan, kali ini kami menggunakan mobil karena perjalanan lebih jauh dan menanjak. Tujuan kami adalah Sinka Zoo dan Taman Rindu Alam. Sinka Zoo berada di kawasan perbukitan sekitar Gunung Besar hingga ke kawasan Teluk Mak Jantu atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Sinka Island. Dulu kawasan teluk mak Jantu adalah salah satu tempat bermain saya bersama teman-teman mahasiswa pencinta alam. Kawasan perbukitan itu masih cukup lebat dengan pohon-pohon yang lumayan besar, asri, alami dan sangat tenang. Air sungai mengalir dengan jernihnya, sekarang semua itu hanya kenangan.

Melanjutkan perjalanan ke Sinka Zoo, kami melihat kandang-kandang hewan yang tidak tampak apakah berisi atau tidak karena kami didalam mobil yang sedang bergerak. Tapi, saat melihat satu kandan yang berisi Burung Merak. Kami berhenti untuk melihat burung cantik tersebut. Sayangnya posisi kandang merak berada di tikungan jalan agak rawan untuk memarkirkan mobil, jadi kami agak terburu-buru di kandan merak ini. Saya juga tidak bisa mendapatkan gambar Merak yang cukup jelas.

Burung Merak, Sinka Zoo Singkawang
Setelah meninggalkan Merak, kami bergerak ke arah bawah dan melihat seekor gajah dibawah atap bangunan tanpa dinding. Kaki gajah tersebut dirantai ke salah satu pondai bangunan tersebut. Dari perawakannya, tampaknya gajah tersebut belum dewasa. Sedih juga rasanya melihatnya dirantai sementara dia terus bergerak. Jauh dari habitat aslinya, ditempatkan di tempat yang panas di daerah pantai, dan di rantai. Iba, tapi tidak ada yang bisa kami lakukan, bahkan kami mungkin ikut berperan dalam penderitaan gajah tersebut dengan membeli tiket masuk.

Anak Gajah, Sinka Zoo Singkawang
Selanjutnya kami mengarah ke bagian atas bukit, namun dalam perjalanan mendaki bukit, kami sempat panik. Didi yang mengemudikan mobil ternyata belum menguasai medan menanjak, padahal di sisi kanan ada lereng bukit yang relatif curam dan cukup menyeramkan. Alhamdulillah ada petugas kebun binatang yang cekatan yang kemudian mengambil sebongkah batu besar dan menempatkannya di roda belakang mobil. Dedek segera menggantikan Didi di belakang stirr. Dan perjalanan pun dilanjutkan.

Dalam perjalanan menuju atas bukit, Alhamdulillah kami sempat melihat signage kandang kucing besar. Kami pun berhenti dan melihat isi kandang tersebut. Cukup mengjutkan bagi saya, karena isi kandang tersebut benar-benar kucing besar, ada Singa jantan dan betina dan Harimau, putih dan kuning. Singa berada di kandang yang terbuka dengan pembatas tembok yang relatif tinggi. Harimau berada di kandang sebelahnya. Ada satu lagi harimau di dalam kandang dalam bangunan, tampaknya harimau agak garang, sehingga dia di kerangkeng. Suara aumannya menggelegar, bikin merinding. Di kandan kucing ini dinda dan didi sempat berfoto dengan anakan kucing hutan yang imut.

Didi dan Dinda bersama Anak Kucing Hutan, Sinka Zoo Singkawang
Meninggalkan kucing-kucing imut yang sangat, mobil langsung bergerak ke atas Gunung Besar. Tempat yang terbuka dengan pemandangan yang lapang langsung menghadap ke Laut Cina Selatan. Di atas bukit ini ada sebuah rumah, mungkin semacam rumah peristirahatan. Melihat rumah itu saya terus berpikir bagaimana dengan kebutuhan air orang yang tinggal di dalamnya.

Dulu, seperti diawal saya katakan, tempat ini juga sering saya kunjungi, tapi dengan berjalan kaki. Ada sebuah ritual tahunan yang kami lakukan di tempat ini. Tidak banyak orang yang mau bersusah payah mendaki tempat  tesrsebut, tapi pemandangan yang disajikan cukup membayar keringat yang terkuras. Tapi sekarang, cukup duduk manis didalam mobil ber-AC, kita sudah bisa menikmati pemandangan dari atas. Seperti yang saya jalani bersama keluarga saya kali itu. Kami menikmati angin yang berhembus dari laut Cina Selatan yang terasa begitu sejuk dan segar dari atas sebuah gazebo yang cukup besar. Dan tentu saja, tidak lupa berfoto ria.

Mejeng Dulu - Rindu Alam Singkawang

Di Gazebo Rindu Alam Singkawang
Salah satu akibat buruk dari rencana yang tiba-tiba alias spontan adalah, kami lupa menyiapkan makan siang. Alhasil, saat sedang menikmati pemandangan dari atas bukit, asam lambung telah menguasai masing-masing kami. Sayang sebenarnya, sudah jauh-jauh menempuh perjalanan, tapi harus cepat-cepat meninggalkan Tanjung Bajau. Tapi rasanya nggak enak juga menikmati pemandangan sementara perut keroncongan, seperti terdampar di pulau terpencil yang indah, tapi dalam kondisi survival. Jadi kami pun harus pulang, namun kami sempatkan melihat taman rindu alam yang berada di puncak gunung besar. Namun rasanya tidak ada yang menarik di atas sana, awan yang katanya juga sering menyelimuti area tersebut juga sedang enggan singgah. Mungkin perut kami juga sudah merajuk, jadi kami langsung turun lagi dan mencari tempat makan.

Keluar dari gerbang masuk kawasan wisata Pasir Panjang dan Tanjung Bajau, kami singgah sebentar di lapak-lapak di tepi jalan. Lapak-lapak tersebut menjual jagung muda. Setelah membungkus beberapa kilo jagung, barulah kami singgah di sebuah rumah makan yang tidak terlalu jauh dari gerbang tadi. Setelah makan.... Pulang....

Itulah cerita perjalanan saya dan keluarga jalan-jalan ke Tanjung Bajau, mungkin cara bercerita saya agak membosankan, jadi mohon maaf. Mudah-mudahan gambar-gambarnya bisa menambah sedikit warna sehingga rekan-rekan bisa membaca sampai kalimat ini. :) Salam

Comments

  1. Hahahaha mobil berenti ditanjakan.... bedebar jantung wkwkwkww

    ReplyDelete
    Replies
    1. jantung didi mungkin lebih kuat bedebar y.... :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...