Skip to main content

Tepian Sungai Boyan dengan Warna-warni Bebatuan

Pemandangan Menjelang Dusun Kuala Baru, Desa Nanga Sangan

Nanga Sangan, sebuah desa yang terletak di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, tepatnya di Kecamatan Boyan Tanjung. Nama desa ini baru saya dengar beberapa bulan yang lalu. Minggu kemarin saya kembali mengunjunginya, kali pertama saya berkunjung adalah pada bulan desember tahun lalu. Sebagian dari ceritanya ada di sini.

Wilayah desa Nanga Sangan dibelah oleh sungai Boyan Tanjung dengan lebar sekitar 20 meter. Pada waktu hujan tidak terlalu deras, air sungai Boyan tersebut sebenarnya jernih tetapi saat kegiatan masyarakat menjadi intens di sungai, airnya akan menjadi keruh. Beberapa menit setelah kegiatan itu berhenti, air akan kembali menjadi jernih. Di sungai ini sebenarnya saya ingin mencari batu dan tanaman air, tapi menurut masyarakat, airnya sedang tinggi, jadi akan sulit untuk mencari tanaman airnya yang terendam dan tidak nampak. Batu juga sepertinya sudah tidak nampak lagi yang menarik, sepertinya sudah jauh hari orang-orang mencarinya di wilayah sungai ini. Dibawah ini adalah penampakan sungai Boyan di desa Nanga Sangan.

Nyari Batu di Pinggiran Sungai Boyan
Sore hari, saat sedang berkendara melewati perumahan masyarakat, sekelompok pemuda sedang bermain voli di lapangan di tepi jalan. Saya berhenti dan duduk di tepi halaman. Warga menawarkan saya untuk ikut bermain, tanpa menunggu lagi, saya langsung ikut bermain karena ada salah satu pemain yang keluar dan istirahat.

Kami pulang keesokan harinya setelah diskusi beberapa kali dengan beberapa anggota masyarakat.

Comments

  1. Waah, sukenye jalan-jalan... :D Kayaknye udaranye bersih dan dingin ye, da?

    Btw artikel tertautnye ndak ade? Cuman titik-titik tuh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. dingin pakai banget din... kalau tidur harus pakai selimut...

      Delete
  2. Waaah batunya keren ya.. warna warni :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tips Submit Artikel di Vivalog agar di Approve

Sudah bebeberapa artikel saya submit di vivalog , sudah beberapa kali malah, tapi tidak satu pun yang masuk dan di publish di sana. Rasanya agak frustasi juga (yang ringan saja), karena agak bertanya-tanya apa yang salah dari artikel saya. Saya pun mencari-cari apa yang salah dengan artikel yang saya submit di beberapa blog melalui google. Akhirnya karena tidak juga menemukan jawaban yang memuaskan saya melepas i-frame dari vivalog karena merasa ada ketidakadilan. Sementara saya memasang frame di blog saya, vivalog tidak menerima satupun artikel yang saya submit. Kemarin, saya mencoba kembali submit artikel di vivalog , Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ternyata kali kemarin artikel saya bisa di approve dan di publish di vivalog. Bahkan langsung menjadi salah satu artikel populer, dan seperti penjelasan di banyak blog lainnya, visitor saya langsung meroket hingga sepuluh kali lipat. Rasanya jadi terbayar sekali saya membuat atau menyadur artikel di blog saya . Saya kemu...

Serakalan - Budaya Masyarakat Melayu Sambas

Bagi masyarakat Sambas, Serakalan adalah kata yang sangat familiar. Serakalan adalah salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat Sambas, namun juga dikenal oleh beberapa masyarakat Islam lain di Indonesia. Kebudayaan ini masuk bersamaan dengan kedatangan Islam ke Indonesia. Beberapa waktu yang lalu dalam kunjungan saya ke Sambas sempat mengikuti acara Serakalan yang dilakukan di rumah salah satu keluarga jauh. Berada di tengah-tengah acara Serakalan tersebut benar-benar pengalaman baru bagi saya. Bersyukur juga budaya melayu ini masih dipertahankan masyarakat Sambas. Pada awalnya Serakalan merupakan wujud ekspresi ta’dzim yang berhubungan dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah. Serakalan berisi syair-syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau “debaan” (Maulid Ad-Diba’iy). Pembaca Serekalan - Sambas Serakalan telah berkembang dikalangan masyarakat Sambas dan dikemas sedemikian rupa sehingga...

Pantaskah Aku disebut Sebagai Seorang Blogger?

Beberapa hari yang lalu saya menemukan satu bacaan yang menarik di Kompasiana, tentang dunia perbloggeran yang agak menggelitik dan bikin gelisah (geli-geli bas... ah sudahlah). Pernyataannya adalah sebagai berikut: Begitu mudah kita menempelkan suatu profesi hanya karena melakukan satu dua pekerjaan saja. Menyebut diri blogger hanya karena punya blog (padahal tidak update juga), bla bla bla.... Pernyataan diatas bisa dilihat dalam kolom Dari Redaksi yang ditulis oleh Pemred Femina. Bagaimana menurut rekan-rekan? Adakah perasaan tergelitik... atau tersinggung? Tapi tunggu dulu, pernyataan sang Pemred tersebut masih ada kelanjutannya, berikut potongan lainnya... “Mungkin ini urusan pribadi, namun di ranah profesional hal ini sulit dibenarkan. Penghargaan terhadap mereka yang betul-betul berprofesi itu menjadi terabaikan. Apalagi ketika mereka kalah ‘pamor’ dengan para wannabe ini yang populer di ranah maya”. Gimana? Ada yang tersenggol? Pernyataan di atas saya ketahui dari blog K...