Skip to main content

Review Spider-Man: Homecoming


Semua penggemar Marvel dan Spiderman di Indonesia pasti sudah menantikan hari ini, hari dimana Spiderman: Homecoming akan diputar di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Menilik ke boot sebelumnya dengan Tobey Maguire dan Andrew Garfield, rasanya inilah boot Spiderman yang paling menarik, point utamanya adalah bergabungnya Peter Parker dengan Marvel Cinematic Universe.

"Spider-Man: Homecoming" benar-benar seperti sebuah reuni, membawa karakter superhero yang hak-hak filmnya dibeli oleh Sony kembali ke Marvel Cinematic Universe. Dengan cara yang sangat halus dan pintar, mulai dari cerita yang kecil, Marvel mencoba memasukkan Spidey ke Marvel Cinematic Universe dengan Spiderman: Homecoming.Tidak diragukan lagi, hasilnya sangat menarik dan sangat menghibur, Spiderman: Homecoming sangat memainkan aspek komedi.
Jika  menilik ke buku komiknya, Spider-Man selalu menekankan gagasan tentang Peter Parker sebagai seseorang yang dikenal oleh pembaca sebagai seorang ilmuwan muda (yang agak nerd) yang memperoleh kekuatan super berkat gigitan laba-laba radioaktif, namun kehidupan remajanya diperumit oleh identitas gandanya.

Salah satu perbedaan besar Spider-Man: Homecoming dengan cerita Film Spiderman sebelumnya adalah dibuangnya cerita tentang meninggalnya paman Peter (Ben Parker) akibat insiden perampokan yang kemudian sangat disesali oleh Peter. Ditiadakannya peristiwa yang menyebabkan bibi Mai (Marisa Tomei) seorang janda secara bersamaan juga menganulir kalimat sakti dari Ben Parker kepada Peter, yaitu "dengan kekuatan besar menjadi tanggung jawab besar".

Sebagai ganti peristiwa tersebut, Marvel memperkenalkan Spiderman dengan  mengambil cerita (setelah perkenalan dengan Michael Keaton sebagai, Vulture) pada bagian akhir dari  "Captain America: Civil War". Petualangan Peter Parker dalam MCU dimulai dengan misinya membantu Iron Man / Tony Stark (Robert Downey Jr.) melawan Captain America dan sekutu-sekutunya. Dalam Spiderman: Homecoming, cerita Peter akan kembali ke Queens, di mana dia sangat ingin menunjukkan bahwa dia pantas untuk menjadi seorang Avengers, walaupun sebenarnya usianya belum cukup dewasa.

"Ini adalah kesempatanku untuk membuktikan diri," katanya, sesekali mungkin terdengar seperti remaja yang cengeng.

Kekuatan baru membuat Peter tersandung beberapa  insiden lucu di lingkungan tempat tinggalnya, sebagian besar adegan tersebut memang sengaja dimainkan untuk membuat penonton tertawa. Kesan tersebut diperkuat dengan memasukkan rekan nerd Peter, Ned (Jacob Batalon) sebagai orang yang mengetahui rahasia Peter, Ned menjadikan karakter Peter lebih manusiawi, karena adanya seseorang untuk diajak bicara oleh Peter. Ned juga dapat teman  penonton untuk menunjukkan kekaguman pada hal-hal hebat yang dimiliki Peter seperti dengan mengatakan "Wow, this is Cool".

Villain dalam Spiderman: Homecoming adalah Vulture dan gengnya - sebuah kelompok yang didukung oleh teknologi alien yang mereka dapatkan dari reruntuhan-reruntuhan mesin perang pada film "Avengers" pertama. Pertarungan  Stark dan ajudannya Happy (Jon Favreau) membuat Peter merasa terpinggirkan karena dia kurang dihiraukan dan masih dianggap sebagai anak kecil.

Beberapa hal yang berubah dari cerita Peter Parker dalam Spider-Man: Homecoming adalah gebetan Peter yang bukan lagi Marry Jane atau Gwen Stacey, tetapi Laura Harrier dan Bibi May yang jauh lebih menarik daripada Bibi May dalam komik dan film Spiderman sebelumnya.

Lima belas tahun, ternyata, sudah cukup waktu bagi setengah lusin film Spider-Man dengan tiga pemeranyang berbeda. Namun, seperti tujuan utama dari karakter dalam film ini adalah tentang pembuktian dirin sendiri. Dengan Homecoming, Marvel telah menyuntikkan vitalitas baru yang menyegarkan untuk si laba-laba.

Comments

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...