Skip to main content

Darah di Kampus IPB Darmaga

Hari Jum'at, kaum muslim laki-laki berbondong-bongdong mendatangi masjid. Untuk bersujud bersama-saudara-saudara seiman, dan memuliakan hari raya umat Islam setiap minggu dalam Shalat Jum'at. Saya sendiri adalah seorang muslim, dan karena akan ada kuliah di kampus IPB Darmaga saya shalat jum'at di masjid kampus. Setelah mengantar istri yang ada urusan di fakultas pertanian IPB, saya langsung menuju masjid Al Huriyah. Sampai di depan masjid, orang-orang sangat ramai. Tentu saja keramaian ini karena hari ini hari jumat dan orang-orang akan menunaikan shalat jumat. Tapi ada yang berbeda hari ini, keramaian tersebut membentuk agak terkonsentrasi di halaman masjid, dan saat saya mencoba melihat ke tengah keramaian yang membentuk huruf u dengan bagian terbuka menghadap kejalan, seorang laki-laki setengah baya terbaring terlentang di halaman masjid. Pikir saya mungkin laki-laki itu terkena serangan jantung dan terbaring disana. Saya pun langsung memarkirkan motor ke dekat pelataran masjid karena halaman depan yang dekat dengan jalan dipenuhi orang-orang yang melihat laki-laki tadi, saya maklum dengan penontontersebut (orang Indonesia). Azan pun berkumandang dari bilal dalam masjid, saat akan mengambil wudhu, saya sedikit mencuri dengar dari orang-orang yang membicarakan kejadian yang menimpa bapak yang terbaring tadi. Ternyata beliau adalah korban penembakan, tapi siapa yang menembak, dan kenapa di ditembak? pertanyaan ini saya simpan saja dulu, karena khatib telah mulai berkhutbah.
Selesai shalat, orang-orang kembali membicarakan kejadin tadi, ternyata yang ditembak adalah pegawai Unit Keamanan Kampus (UKK) IPB Darmaga. Beliau meninggal karena ditembak oleh pelaku curanmor yang tertangkap basah sedang beroperasi. Cerita yang saya dengar dari beberapa orang, sempat terjadi pertarungan dengan tangan kosong antara korban dan pelaku yang kemudian mengeluarkan pistol karena kalap. Pistol tersebut sempat terlempar dari pelaku, namun tanpa disangka ternyata pelaku membawa teman yang kemudian ,mengambil pistol yang terlempar tersebut dan langsung melepaskan tembakan ke arah pak satpam. Satu orang satpam yang lain datang dan mencoba membantu dan mendapatkan tembakan juga dari arah punggungnya. Setelah menembak kedua korban, kedua pelaku lansung melarikan diri dari lokasi kejadian.
Kejadian ini mungkin cukup mengherankan, seorang penjahat beraksi di hari jumat beberapa menit sebelum azan dimana keadaan sangat ramai sekali, dan membunuh pula. Seolah mereka tidak beragama, seperti tidak ada ketakutan sama sekali. Arah tembakan yang tepat ke arah dada korban menunjukkan tidak  ada keraguan dalam diri pelaku. Diperkirakan pelaku masih berumur 17 tahun, yang jelas masih muda. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan, dimana moral mereka?
Kejadian ini juga merupakan pelajaran bagi kita semua, beberapa pelajaran yang dapat kita ambil diantaranya;
pertama, berhati-hati dalam kondisi apapun, kriminalitas saat ini tidak memiliki batas yang jelas, penjahat tidak menunggu suasana sepi untuk melaksanakan niat buruknya. Bahkan dalam keramaian sekalipun mereka sangat berani;
kedua, apa yang kita miliki adalah titipan semata, jadi jangan telalu mencintainya seolah kita akan bersama barang tersebut hingga akhirat. Jadikan ia alat bagi kita untuk beribadah dan berbuat baik kepada sesama. Hal ini terkait dengan motor yang akan dicuri oleh pelaku;
ketiga, umur adalah salah satu rahasia Allah SWT, hanya Dia yang tahu kapan roh kita akan meninggalkan tubuh kita didunia ini, ingatlah bahwa hidup kita akan berlanjut di akhirat nanti.
Selanjutnya, semoga amal ibadah bapak satpam yang gugur dalam tugas diterima disisi Allah SWT, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan dalam menerima cobaan ini. Semoga pelaku mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan mereka di dunia dan akhirat.

Comments

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...