Badai, kata yang memiliki makna cukup mengerikan, karena terkadang membawa bencana. Namun sebenarnya membawa banyak berkah bagi manusia, kalau mereka berpikir. Berkah tersebut tidak dapat disangkal, karena badai selalu membawa air yang menghidupkan bumi.
Hari ini, badai yang tidak terlalu besar melanda Dramaga, Bogor (seperti hari-hari biasanya). Hari ini juga, badai melanda hati teman hidup saya (mudah-mudahan tidak terkesan lebay).
Hari ini istri saya melaksanakan sidang komisi pembimbingnya yang kali pertama. Sejak malam kemarin dia hanya berkutat dengan proposal penelitiannya, hingga dini hari. Pagi tadi mulai menyusun power point yang akan di presentasikan di depan komisi pembimbingnya.
Pukul 13.00 siang hari, ternyata slide power pointnya bermasalah sehingga tidak bisa di simpan. Saat power point tersebut ditutup ternyata hasil kerjanya selama 2-3 jam pagi tadi sebagian besar hilang. Tidak ada jalan lain, dia pun memulai kembali menyusun satu demi satu slide power pointnya. Diluar butiran air mulai beterjunan menggapai permukaan tanah dan atap penduduk. Membuat suara yang agak bising tapi menyenangkan.
Pukul 14.00. Dengan waktu yang tersisa sedikit lagi menjelang sidkom yang akan dilaksanakan pukul 15.30, terpaksa slide nya di putuskan selesai. Berita acara belum diambil di akademik fakultas, konsumsi dosen belum di beli, makalah presentasi belum di cetak, dan hujan diluar semakin lebat seperti badai kecil. Seperti suasana hati kami dengan slide power point dia yang dipaksa selesai. Menembus hujan menggunakan dua jas hujan kami bergerak meninggalkan rumah kontrakan dan melaju ke kampus. Hujan sudah seperti badai, diatas motor sebagian pakaian kami basah.
Sampai di kampus kami, dia langsung naik ke akademik kampus dan mengambil berita acara dan saya menunggu di kanopi faperta. Setelah mendapatkan berita acara kami melaju kembali dalam badai untuk membeli roti konsumsi dosen komisi pembimbingnya di seberang jalan depan kampus (awalnya akan ke Babakan Tengah, tapi kalau yang dekat ada tidak usah jauh-jauh). Hujan perlahan mereda hingga hanya menyisakan molekul-molekul embun yang tidak terlalu terasa.
Pukul 14.45 kami sampai di kampus lagi, mas Rahmat dari TU yang diberitahu bahwa sidkomnya pukul 15.00 menampilkan wajah yang kurang senang,mungkin karena sebenarnya ada urusan lain. Setelah pelaku utama sidkom sampai di calon TKP, kami hanya menunjukkan wajah menyesal dan belum meminta maaf kepada mas-nya.
Berdua kami masuk kedalam ruang sidang tempat sidkom akan berlangsung. Dia pun mulai mempresentasikan slidenya satu demi satu sebagai latihan singkat sebelum sidkom yang sebenarnya. Masalahnya cuma satu, keyakinan dan kepercayaan kepada diri sendiri. Mudah-mudahan dia bisa melakukan yang terbaik.
Pukul 15.26, satu mobil honda Jazz memasuki memasuki halaman depan fakultas pertanian lalu langsung mengambil tempat parkir di sisi kiri halaman (tempat parkir sekretaris fakultas). Saya langsung mengemas barang dan keluar dari ruang sidang meninggalkan belahan hati yang akan menghadapi jalan perjuangan masa depannya. Tidak lama kemudian saru mobil honda City memasuki halaman kampus ini lagi dan berhenti tepat di depan ruang sidang tadi. Seorang dosen yang bergelar profesor keluar dengan sigap dan menyapa orang yang dikenalnya, selanjutnya masuk ke dalam ruang sidang.
Pukul 15.30, perut yang sudah marah memaksa mengunjungi toko swalayan di Babakan raya untuk membeli snack dan air. Dari belanja, saya langsung kembali ke ruangan di samping ruang sidang, menunggu, surfing internet, ngemil, menulis.
Pukul 16.49, tulisan ini selesai diruangan gelap studio perencanaan arsitektur lanskap IPB. Masih menunggu.
Hari ini, badai yang tidak terlalu besar melanda Dramaga, Bogor (seperti hari-hari biasanya). Hari ini juga, badai melanda hati teman hidup saya (mudah-mudahan tidak terkesan lebay).
Hari ini istri saya melaksanakan sidang komisi pembimbingnya yang kali pertama. Sejak malam kemarin dia hanya berkutat dengan proposal penelitiannya, hingga dini hari. Pagi tadi mulai menyusun power point yang akan di presentasikan di depan komisi pembimbingnya.
Pukul 13.00 siang hari, ternyata slide power pointnya bermasalah sehingga tidak bisa di simpan. Saat power point tersebut ditutup ternyata hasil kerjanya selama 2-3 jam pagi tadi sebagian besar hilang. Tidak ada jalan lain, dia pun memulai kembali menyusun satu demi satu slide power pointnya. Diluar butiran air mulai beterjunan menggapai permukaan tanah dan atap penduduk. Membuat suara yang agak bising tapi menyenangkan.
Pukul 14.00. Dengan waktu yang tersisa sedikit lagi menjelang sidkom yang akan dilaksanakan pukul 15.30, terpaksa slide nya di putuskan selesai. Berita acara belum diambil di akademik fakultas, konsumsi dosen belum di beli, makalah presentasi belum di cetak, dan hujan diluar semakin lebat seperti badai kecil. Seperti suasana hati kami dengan slide power point dia yang dipaksa selesai. Menembus hujan menggunakan dua jas hujan kami bergerak meninggalkan rumah kontrakan dan melaju ke kampus. Hujan sudah seperti badai, diatas motor sebagian pakaian kami basah.
Sampai di kampus kami, dia langsung naik ke akademik kampus dan mengambil berita acara dan saya menunggu di kanopi faperta. Setelah mendapatkan berita acara kami melaju kembali dalam badai untuk membeli roti konsumsi dosen komisi pembimbingnya di seberang jalan depan kampus (awalnya akan ke Babakan Tengah, tapi kalau yang dekat ada tidak usah jauh-jauh). Hujan perlahan mereda hingga hanya menyisakan molekul-molekul embun yang tidak terlalu terasa.
Pukul 14.45 kami sampai di kampus lagi, mas Rahmat dari TU yang diberitahu bahwa sidkomnya pukul 15.00 menampilkan wajah yang kurang senang,mungkin karena sebenarnya ada urusan lain. Setelah pelaku utama sidkom sampai di calon TKP, kami hanya menunjukkan wajah menyesal dan belum meminta maaf kepada mas-nya.
Berdua kami masuk kedalam ruang sidang tempat sidkom akan berlangsung. Dia pun mulai mempresentasikan slidenya satu demi satu sebagai latihan singkat sebelum sidkom yang sebenarnya. Masalahnya cuma satu, keyakinan dan kepercayaan kepada diri sendiri. Mudah-mudahan dia bisa melakukan yang terbaik.
Pukul 15.26, satu mobil honda Jazz memasuki memasuki halaman depan fakultas pertanian lalu langsung mengambil tempat parkir di sisi kiri halaman (tempat parkir sekretaris fakultas). Saya langsung mengemas barang dan keluar dari ruang sidang meninggalkan belahan hati yang akan menghadapi jalan perjuangan masa depannya. Tidak lama kemudian saru mobil honda City memasuki halaman kampus ini lagi dan berhenti tepat di depan ruang sidang tadi. Seorang dosen yang bergelar profesor keluar dengan sigap dan menyapa orang yang dikenalnya, selanjutnya masuk ke dalam ruang sidang.
Pukul 15.30, perut yang sudah marah memaksa mengunjungi toko swalayan di Babakan raya untuk membeli snack dan air. Dari belanja, saya langsung kembali ke ruangan di samping ruang sidang, menunggu, surfing internet, ngemil, menulis.
Pukul 16.49, tulisan ini selesai diruangan gelap studio perencanaan arsitektur lanskap IPB. Masih menunggu.
Comments
Post a Comment