Skip to main content

Kolokium Masal dan Pertemuan Forum Beasiswa Unggulan

Hari ini adalah salah satu hari yang penting bagi 6 orang teman. Mereka adalah Vina Pratiwi, Rosyidamayanti T. Maningtyas (Ochi), Wiwiek Dwi Sherlan (Uwiek), Ratsio Wibisono (Rio), Jonathan Muachor (Jo), dan Roosna Mariani Octaviana Adjam (Kak Ros).  Yang membuat hari ini penting bagi mereka adalah karena pada hari ini mereka telah melaksanakan kolokium (seminar proposal penelitian) masal. Satu tugas telah mereka lepaskan dan siap untuk melaksanakan penelitian mereka.

Saya sendiri hanyamengikuti 3 orang yang pertama saja, tiga orang yang memang selalu bersama (konon katanya sejak S1). Karena saya harus menjalankan kewajiban sebagai asisten praktikum Perencanaan Lanskap (di program S1). Walaupun tidak bisa ikut, saya tetap berharap mereka mendapatkan hasil yang memuaskan. Satu hal paling menyenangkan dari acara kolokium masal ini adalah... kunyahan yang melimpah (relatif banyak dari hari biasa, hehehe).

Saat praktikum perencanaan selesai saya langsung menyusul istri ke ruang kuliah tempat sidkom dilaksanakan. Sampai disana saya baru sadar kalau seharusnya saya menyerahkan undangan sidkom kepada pembimbing tesis saya yang juga pengampu mata kuliah perencanaan tadi. Akhirnya saya berlari kembali ke studio  perencanaan dan Alhamdulillah ibunya masih di ruangan, jadi saya bisa memberikan undangan tadi dan tidak perlu naik ke level 5 (lantai 3) gedung faperta.

Selesai memberikan undangan saya berlari lagi kembali ke ruang sidkom, belum jauh berlalu seseorang memanggil saya, rupanya mbak Amel yang saya kenal dari forum mahasiswa penerima beasiswa unggulan dari dikti. Dia mengingatkan bahwa sore ini akan ada rapat mengenai forum BU IPB yang akan dilaksanakan di ruang dimana Jo (dkk) melaksanakan kolokiumnya. Saya pun mengikutinya, sesampainya di kelas ternyata sudah ada beberapa teman penerima BU lainnya yang juga akan mengikuti rapat ini. Apa yang dirapatkan?

Fokus masalah kami adalah masalah pembayaran uang tesis sebesar 4,5 juta rupiah. Menurut pihak yang berwenang di kampus, uang tesis tersebut tidak termasuk dalam pembiayaan yang ditanggung Dikti. Karena itu kami (penerima BU) harus menanggungnya sendiri. Intinya sih itu, sebenarnya lebih banyak lagi, tapi rasanya kurang etis kalau saya tulis di media yang bisa dibaca semua orang ini. Selanjutnya, keinginan kami jelas, agar biaya tesis ini bisa ditanggung Dikti seperti beasiswa BPPS. Rencana kedepannya, kami akan menghadap pihak yang berwenang dari kampus. Doakan ya, semoga lancar dan kami tidak perlu membayar... Amin.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...