Skip to main content

Menunggu Hujan Reda: Ngapain?

Tiba-tiba hujan lebat dengan kilat dan guruh yang mengintimidasi, bukan hal yang aneh di kota hujan ini (lebih tepatnya mungkin kota petir). Kadang bingung juga kan apa yang mau dibuat dalam hujan yang merupakan anugrah sebenarnya. Tentu banyak hal yang sebenarnya dapat kita lakukan sambil menunggu hujan reda. Misalnya:

Ngenet, seperti yang sedang saya kerjakan saat menulis ini. Ngenet tidak harus pakai laptop kan, jaman sekarang orang-orang pada pakai smartphone semua (saya masih pakai yang jadul sih). Sambil nunggu kita bisa sambil baca-baca artikel bermanfaat, bisa juga sambil nulis kalau pakai laptop atau tablet, kalau ada yang baca dan ternyata bermanfaat kan dapat pahala (ada hidden agenda juga sih, kalau blogger taulah);

Mbaca buku, buku adalah salah satu barang yang wajib kita bawa kemana saja. Kalau hujan kan jadi kayak gak bisa ngapa-ngapain, jadi kita harus bawa buku biar bisa ngapa-ngapain (baca buku maksudnya!). Selain itu, tidak saja dalam rangka menghindari membuang waktu saat hujan membaca buku juga bisa kita lakukan saat menunggu banyak hal yang sering kita lakukan sehari-hari, atau sebulan-bulan, atau setahun-tahun misalnya ke rumah sakit atau dokter, ngantar nyokap belanja, ke kampus (ya iyalah!), kemana saja... karena kita tidak tahu kapan waktu kita akan terjebak dalam suatu penantian;


Eh, udah reda hujannya, lanjutin lagi lain kali aja, kalau kejebak hujan lagi. Buru-buru, soalnya ada temen yang ulang tahun dan mau traktir makan hehehe... (mudah2n jadi, jadi bisa lepas buat makan malam, hehe)

Comments

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...