Skip to main content

Panggilan dari Ketinggian

Awal September 2007, angin berhembus kencang membawa hujan yang turun berhari-hari di Gunung Cabang Pulau Karimata, Cagar Alam Laut Kepulauan Karimata. Udara terasa begitu dingin, saya dan beberapa orang teman dari organisasi pencinta alam di kampus berada 30 meter di bawah puncak Gunung Cabang. Gunung Cabang memiliki ketinggian 1030 meter dari muka laut. Tapi angin kencang dan hujan yang berhembus relatif sangat dingin. Saya masuk ke dalam sebuah ceruk batu besar yang hanya cukup untuk satu orang, menghindari terpaan angin menjelang matahari benar-benar terbenam di cakrawala. Meringkuk menahan dingin yang rasanya meremukkan tulang, saya bergumam bahwa setelah ini saya tidak akan lagi naik gunung. Pernyataan yang berefek hanya beberapa bulan, kemudian saya naik gunung lagi.


Pertanyaan diatas mungkin sering sekali didapatkan orang-orang yang senang mendaki gunung. Beberapa orang mungkin berpendapat mendaki  gunung merupakan kegiatan yang kurang bermanfaat, menghamburkan uang, menghabiskan waktu, hanya mencari sensasi, mengejar prestise dan sebagainya. Apakah pendapat itu benar?

Menurut saya setiap orang punya hak untuk melakukan apa yang dia inginkan selama hal tersebut tidak menganggu dan mengancam keselamatan orang lain dan dirinya sendiri, termasuk mendaki gunung. Alasan yang mendorong seseorang untuk mendaki gunung menurut saya sama saja dengan alasan orang yang bermain sepak bola, badminton, tenis dan sebagainya. Semua adalah masalah kesenangan. Namun ada satu alasan khusus yang menurut saya menjadi dorongan utama bagi seseorang untuk mendaki gunung, yaitu rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini seolah membuat setiap pendaki selalu merasa terpanggil untuk mengunjungi titik-titik tertinggi muka bumi yang belum pernah dijejaknya.

Rasa ingin tahu adalah salah satu sifat dasar manusia yang membuat manusia menjadi makhluk yang paling sukses dalam mempertahankan jenisnya hingga saat ini di muka bumi. Mendaki gunung dapat didorong oleh rasa keingintahuan tentang bagaimana wujud dan semua atribut-atribut tempat baru yang belum kita kenal. Rasa ingin tahu terus menuntut kita untuk mendapatkan informasi baru, lagi dan lagi. Karena itu seorang yang senang mendaki gunung akan merasa ingin lagi dan lagi mendaki gunung yang pernah didakinya.

Comments

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Berburu Foto Serangga

Serangga memiliki jumlah dan jenis tertinggi diantara semua organisme makroskopis yang dapat di temukan di permukaan bumi ini. Jika kita ingin mengeksplorasi dan mengabadikan serangga, kita tidak akan kehabisan objek meskipun setiap saat kita memotret mereka. Namun terkadang tidak mudah untuk menemukan mereka di lapangan, jika kamu ingin berburu gambar mereka yang menawan, ada baiknya kamu tahu caranya. Berikut adalah sedikit dari cara-cara tersebut. Pertama, perhatikan  musim  yang sedang berlangsung.  Ini tidak hanya terkait dengan musim seperti yang berlaku di negara subtropis, di negara tropis-pun kita harus memperhatikannya. Karena sebagian serangga juga punya musim kapan mereka keluar dari sarangnya atau kapan mereka berubah menjadi dewasa dan terlihat oleh kita. Tapi kalau di Indonesia mungkin lebih banyak yang dapat kita temukan setiap waktu. Kedua, perhatikan kondisi  cuaca  terkini Jangan berkeras untuk hunting pada saat sedang hujan, selain beres...

Long House of Dipanimpan Bolong Nanga Nyabau, Heart of Borneo

The Nanga Nyabau Village Nanga Nyabau is one of the villages in Kapuas Hulu Regency, precisely in Embaloh Hulu district. It does’nt take a long time to visit this village from Putussibau*. Nanga Nyabau can be achieved in about 1 hour road trip. I have been to this village several times, but not with special intentions for traveling or backpacking. My arrival to this village was only to take my co-workers in the village of Nanga Lauk. Why go to Nanga Nyabau village? Its because the most plausible path to the village of Nanga Lauk is the river route starting from Nanga Nyabau downstream of the Palin River. After several visits, I learned that Nanga Nyabau Village has a betang house (long house) that has been designated as a cultural heritage object. While waiting for the boat pickup from Nanga Lauk, we visited the betang house in Nanga Lauk village on the advice of Rio. From where the car was parked, me, the nicke, elin, and aloy, walked across the suspension bridge that are very com...