Petualangan di Desa Temajuk berlanjut pada hari ketiga berada disana. Sesuai rencana yang dibuat pada malam sebelumnya sepulang dari Mercusuar Tanjung Datuk kami berangkat menuju rumah kepala desa untuk mengambil surat jalan, yup, kami akan ke luar negeri, Malaysia. Seperti saya sampaikan di cerita di Pantai Temajuk yang Pertama, untuk ke Kampung Telok Melano Malaysia kami tidak harus memiliki passport, cukup dengan surat jalan dari kepala desa.
Sesi begambar di Halaman Sekolah Kebangsaan Kampung Telok Melano |
Setelah berjalan selama lebih kurang satu jam, kami sampai di pusat pemukiman warga Kampung Telok Melano. Melewati pos tentara diraja Malaysia dan pos polisinya, kami tidak melihat siapa-siapa, kedua pos itu terlihat kosong. Surat jalan yang kami bawapun sepertinya tidak diperlukan, hal ini menegaskan kepada kami bahwa kedatangan warga Indonesia ke kampung di ujung barat Serawak tersebut sudah sangat biasa. Kampung ini sangat sepi, jangankan tentera dan polisi, bahkan warga kampung pun hanya satu atau dua orang yang kami temui. Kemungkinan warga kampung Telok Melano sedang pergi ke ladang atau kebun karet mereka.
Sesi begambar di depan Pondok Polis Diraja Malaysia Kampung Telok Melano
Kami melewati kawasan pemukiman penduduk dan sampai di depan komplek gedung Sekolah Kebangsaan (setingkat SD) Kampung Telok Melano, satu-satunya sekolah yang ada di kampung tersebut. Jika memandang ke sekolah ini sekilas, sekolah kebangsaan ini tampak seperti sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia. Kompleks sekolah tersebut relatif sangat luas dan dipagari kawat renggang. Pagar tersebut mungkin tidak hanya untuk mencegah orang usil masuk ke dalam sekolah, tetapi juga mencegah murid-muridnya keluar dari sekolah, karena siswa sekolah tersebut hanya boleh pulang pada haris sabtu dan minggu.
Halaman Sekolah Kebangsaan Kampung Telok Melano
Kepala Sekolah menyambut kami di gerbang sekolah dan mengundang kami untuk masuk dan melihat-lihat kondisi sekolah tersebut. Tentu saja dengan suka cita undangan tersebut kami terima, dan masuklah kami kedalam sekolah tersebut.
Halaman sekolah dengan ukuran sekitar setengah lapangan sepakbola ditumbuhi rumput hijau terawat membuat suasan sekolah tersebut tampak asri. Sebelah utara kompleks sekolah berbatasan dengan pantai laut China Selatan, dari halaman kita bisa merasakan angin laut Cina Selatan berhembus kedarat. Terdapat empat bangunan di dalam kompleks sekolah, masing-masing gedung berlantai satu, dua, tiga dan empat lantai. Kami diajak mengunjungi gedung-gedung tersebut.
Gedung yang berlantai empat adalah gedung tempat murid belajar, digedung ini terdapat ruangan-ruangan kelas untuk proses belajar mengajar, ruang laboratorium dan praktek keahlian dan ruangan penyimpanan alat tulis. Ruang kelas tampak seperti kelas pada umumnya, hanya tempat duduk dan meja, yang menarik adalah laboratorium dan prakteknya. Laboratorium dan ruang praktek dilengkapi fasilitas yang relatif lengkap dan menarik, misalnya lab IPA seperti tampak di bawah ini.
Laboratorium IPA Sekolah Kebangsaan Telok Melano
Laboratorium terdiri dari laboratorium IPA, komputer, internet, bahasa. Ruang pelatihan praktek keahlian wirausaha, menyediakan fasilitas praktek untuk murid berupa pelengkapan service sepeda motor, service televisi, dan pemanfaatan sumber daya lokal untuk dikembangkan menjadi barang yang lebih bernilai guna, misalnya kerajinan tangan dari kerang yang banyak terdapat di sekitar wilayah Kampung Telok Melano.
Ruang penyimpanan alat tulis menyimpan stok berbagai jenis alat tulis menulis seperti ballpoin, pensil, buku, penghapus, dan banyak barang lainnya. Semua barang tersebut disediakan secara gratis untuk semua orang di sekolah, guru maupun murid bisa mengambil kebutuhan mereka untuk belajar dan mengajar dari dalam ruangan tersebut. Pada saat melihat kedalam ruangan tersebut saya benar-benar tertegun, seperti itulah pemerintah Malaysia memperlakukan rakyatnya yang tinggal jauh di pelosok, bahkan tanpa akses jalan darat.
Meninggalkan gedung tempat belajar, kami menuju asrama murid dimana murid-murid tinggal selama lima hari dari senin hingga jumat dalam seminggu setiap bulan dalam kalender pendidikan. Dengan fasilitas yang bahkan mungkin lebih mewah dari sekolah menengah pertama di Pontianak, berapakah jumlah murid yang menghuni asrama tersebut? Sang kepala sekolah mengatakan kepada kami, murid di sekolah tersebut berjumlah sekitar 60 orang (tahun 2007). Murid-murid tersebut sama sekali tidak dipungut bayaran untuk belajar di sekolah tersebut, bahkan biaya makan tiga kali sehari disekolah juga gratsi, bahkan..... sekolah memberikan uang saku setiap tahun kepada semua muridnya. Satu hal yang menarik dari murid-murid sekolah tersebut adalah pakaian mereka, murid-murid perempuan di sekolah tersebut menggunakan baju kurung, sedangkan murid laki-laki menggunakan semacam baju Telok Belanga. Pemerintah Malaysia memang menjadikan pakaian tradisional mereka sebagai pakaian nasional, pakaian tersebut dipakai di acara-acara resmi, hal ini saya ketahui saat berkunjung ke Universiti Malaysia di Selangor, Malaka.
Setelah berfoto-foto dengan kumpulan penghuni asrama sekolah, kami menuju dapur dan ruang makan. Diruangan ini kami dijamu dengan berbagai jenis makanan yang biasanya dinikmati oleh guru dan murid setiap hari sambil berbincang-bincang. Saya sempat menanyakan kepada salah satu guru tentang berapa jumlah guru disekolah ini dan berapa mereka dibayar setiap bulannya. Seorang guru menjawab bahwa disekolah tersebut hanya ada tiga orang guru. Soal gaji, sebenarnya gaji mereka standar saja, sekitar RM 1000 atau sekitar 3 juta rupiah. Namun mereka mendapatkan tunjangan yang lebih besar dari gaji pokonya, sekitar RM 2000. Jadi total bayaran mereka sekitar RM 3000 atau sekitar 9 juta rupiah. Tunjangan yang besar tersebut diberikan karena lokasi mengajar yang relatif jauh dari pusat kota (tentang angka-angka ini saya tidak terlalu yakin, mungkin angkanya lebih besar).
Keramahan dan penerimaan pihak sekolah sangat terasa dan berkesan, namun ada pertemuan ada perpisahan, kami berpamitan untuk pulang kenegara kami ( :D ), Indonesia. Pengalaman kunjungan yang sangat berkesan tersebut bertahan lama dalam ingatan saya, bahkan sampai saat ini setelah 7 tahun, saya masih bisa mengingat rangkaian kunjungan tersebut. Bagian yang paling berkesan adalah tentang bagaimana pemerintah kerajaan Malaysia memandang pentingnya pendidikan bagi rakyatnya. Bahkan untuk rakyatnya yang berada nun jauh dari pusat kerajaan. Perhatian seperti inilah yang kita perlukan dari para pemimpin kita, jika suatu saat Anda menjadi pemimpin, jadilah pemimpin yang amanah (nasihat untuk diri sendiri juga).
Kembali melintasi jalan-jalan semen berhias lumpur tanah merah serta jembatan-jembatan dari kayu belian, kami kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Pangkuan ibu pertiwi yang mungkin sedang merintih, menyaksikan sebagian anak-anak negerinya terabaikan oleh orang-orang pintar di pusat kekuasaan.
Terimakasih sudah membaca sampai sejauh ini. Semoga bermanfaat.
Keren tulisannya Bro, ganteng banget dah ente... :-)
ReplyDeletemakasih atas kunjungan dan komentnye bang... :) sekalian promosi tempat2 cantek di kalbar bang... :)
DeleteKeliatan rapih gitu ya sekolahnya. Gue jadi inget dulu gue tiap Rabu pikeit ngangkatin bangku ke atas meja kayak di foto. Dan, enak banget ke luar negeri nggak pake paspor. :))
ReplyDeletesaya jadi teringat juga naikin bangku ke meja, tapi posisi bangkunya berdiri, nggak dibalik...
Deletebenar mas, rapi sekali, kampungnya juga rapi, mereka punya kebiasaan tertib juga...
nggak pake paspor soalnye masih di kampung, kalau kita ke kotanya, bisa di gelandang ke kantor polis atau imigresen... :)
Sekarang sedang dibangun Jalanraya Trans Borneo ke Teluk Melano Dan dijangka siap pada 2018.
DeleteSekarang sedang dibangun Jalanraya Trans Borneo Dari Telok Melano Dan dijangka siap pada 2018.
ReplyDelete