Skip to main content

The Raid: Berandal


Selamat dari gedung pusat penjahat di Jakarta, tidak membuat Rama dapat bernafas lega, tugas yang lebih mematikan ternyata sedang menantinya di luar gedung penjahat yang dia dan teman-teman sepasukannya serbu. Membawa seorang temannya yang terluka dan komandan yang sudah gila, Rama bertemu dengan satuan yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. satuan yang hanya dikenal oleh Abangnya, Andi.

Dari komandan satuan yang baru ditemuinya ini Rama mendapatkan tugas yang jauh lebih berat daripada menghadapi gerombolan sebelumnya. Kali ini, pilihannya hanya satu,  menjalankan tugas tersebut atau dia akan menempatkan keluarganya dalam bahaya. Tidak ada pilihan lain, maka dia menjalankan tugas tersebut yang ternyata jauh lebih sulit dari pada yang dia bayangkan dan rencanakan. Sebenarnya, secara logika Rama bisa saja menolak untuk tetap terlibat, karena toh namanya sudah dihapus dari daftar polisi yang menyerbu gedung pusat kejahatan di film The Raid. Jadi dia dan keluarganya tentu tetap aman, tapi, ya... sudahlah... :)

Rama mendapat tugas penyamaran, dan untuk itu dia harus masuk kedalam penjara beberapa bulan. Namun rencana tersebut mengalami perubahan, dia tidak di penjara beberapa bulan, tapi dua tahun. Didalam penjara ini dia mendekati seorang anak bos mafia di jakarta yang menjadi target operasinya. Operasi untuk mendapatkan informasi tentang polisi-polisi korup yang menjadi backingnya.

Itulah sekilas cerita awal dari film action yang terbilang sangat keras ini. Berandal memang memiliki alur cerita yang lebih luas daripada The Raid, lebih banyak orang yang terlibat dan wilayah yang digunakan juga lebih luas. Alur cerita film ini sebenarnya bisa menjadi alur cerita sendiri, dan memang pada awalnya Berandal adalah naskah yang terpisah dengan The Raid.

Menurut saya alur cerita Berandal relatif bagus, bahkan di IMDb, Berandal mendapatkan nilai 8.1/10. Namun menurut saya sepertinya film ini terlalu banyak mengekplositasi adegan pertarungan dan kekerasan, bahkan lebih sadis dari The Raid. Tidak hanya menggunakan parang, bahkan palu ikut menjadi senjata. Penggunaan senjata dalam film ini menurut saya cukup aneh, di zaman sekarang rasanya penggunaan senjata tajam sudah relatif jarang, apalagi kalau digunakan organisasi besar seperti yang diceritakan dalam berandal. Berbeda kalau penjahatnya sekelas penjahat di film Merantau. Namun demikian, Berandal berhasil menyajikan keindahan gerakan silat yang tidak kalah seru dengan yang ditampilkan Merantau dan The Raid.

Senjata hanya salah satu hal yang menurut saya kurang sesuai dalam film ini, masih ada beberapa hal yang mungkin agak aneh. Berikut ini beberapa keanehan yang saya tangkap dan mungkin teman-teman pembaca juga tahu.

- Stanggi
Stanggi adalah lilin pewangi ruangan yang biasa digunakan untuk sembahyang masyarakat Tionghoa. Stanggi juga digunakan pada saat terjadi kemalangan pada suatu keluarga. Dalam film Berandal, stanggi dapat dilihat pada menit ke-10 di samping foto Andi. Rama tampak duduk berlutut menghadap foto Andi yang diapit stanggi. Kenapa stanggi ini aneh? Karena pada awal film The Raid kita bisa melihat jelas kalau Rama adalah seorang muslim, sebelum dia berangkat melaksanakan operasi penyerbuannya, dia melaksanakan shalat. Penjelasan dari kejanggalan ini yang mungkin adalah bisa jadi Andi adalah kakak ipar Rama, yang berbeda agama. Tapi kenapa Rama seperti ikut duduk berlutut? Entahlah, silahkan Anda menerka sendiri.

- Penjara, lumpur dan batu
Rasanya cukup jelas kalau film Berandal mengambil setting di Jakarta, tapi kalau melihat penjara dalam film ini rasanya agak janggal. Kejanggalan tersebut adalah: pertama ukuran lapangan pernjarayang terlalu kecil, mungkin sebenarnya penjara tersebut adalah penjara anak-anak; kedua lumpur, mengapa lapangan penjara tersebut berisi lumpur? apakah lapangan tersebut sebenarnya adalah sawah tempat penghuninya bercocok tanam? ketiga batu, kenapa dalam lapangan sekecil itu dengan permukaannya berisi lumpur bisa ada batu seukuran kotak sepatu? Bagi penonton internasional, penampakan seperti itu mungkin bukan masalah, karena mereka mudah saja untuk berpikir bahwa seperti itulah penjara di Indonesia.

- Jepang
Agak janggal bila mafia orang Jepang bisa menguasai kota Jakarta, karena ini bukan lagi zaman penjajahan Jepang. Tapi saya cukup bisa paham dengan pemilihan karakter mafia Jepang dalam film Berandal. Alasannya Jepang relatif dikenal dengan adanya Yakuza yang merupakan organisasi mafia yang nyata hidup hingga saat ini, hal ini akan membuat penonton internasional lebih familiar dengan jalan ceritanya.

- Istri Prakoso
Prakoso dalam film ini menurut saya hanya bagian kecil dari cerita, namun tetap penting. Yang janggal dari Prakoso adalah istrinya, pertemuan antara Prakoso dan istrinya menunjukkan kontradiksi karakter dari istri Prakoso. Dari pembicaraan mereka, jelas menunjukkan sang Istri sangat tidak menyukai pekerjaan Prakoso, tapi dia tetap menerima uang dari pekerjaan suaminya yang dia tentang.

- Salju
Pernah melihat salju di Jakarta, salju memang bisa saja kita temui di Jakarta, tapi bukan di tempat terbuka. Sebagian besar penonton Berandal dari seluruh dunia tentu tahu bahwa Jakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang beriklim tropis, Jakarta juga tidak setinggi Puncak Cartenz. Alasan yang diungkapkan Mr. Evans untuk membuat efek lebih dramatis dengan salju ini menurut saya rasanya kurang dapat diterima, banyak pilihan lain untuk membuat dramatisasi. Kalau tetap ingin menggunakan salju, mungkin bisa menggunakan ruang penyimpanan daging, mungkin akan lebih terasa nyata.
Tapi mungkin Mr Evans ingin menunjukkan kepada khalayak dunia bahwa pemanasan global sudah memasuki fase yang cukup parah dengan menunjukkan salju telah turun di kota tropis yang berada dekat dengan laut. Sayangnya, salju yang ditunjukkan hanya berada sebuah gang kecil di belakang pub, tidak ada di tempat lain dalam setting-setting sebelum atau sesudahnya.

- Jakarta lengang
Penduduk kota Jakarta tentu terheran-heran melihat betapa lengangnya kota Jakarta dalam film Berandal. Mobil bisa kebut-kebutan di Jalan, berserempetan dengan motor dan mobil, bahkan ada halte TransJakarta yang kosong di siang hari (menit ke-53). Tapi sebenarnya ada kalanya Jakarta menjadi sangat lengang, yaitu pada saat Idul Fitri. Jika Mr. Evans menggunakan settingan waktu pada saat hampir separuh penduduk Jakarta mudik, maka adegan kebut-kebutan dan robohnya halte TransJakarta tentu bisa dimaklumi.

- Pertarungan dalam kereta
Barangkali cerita Berandal mengambil setting waktu tahun 2030 dimana jalan-jalan di Jakarta tidak lagi dipenuhi kendaraan pribadi dan orang-orang kaya lebih senang menggunakan kendaraan umum, seperti yang dilakukan anak mafia jepang. Tapi yang menurut saya sangat janggal adalah si Hammer Girl dan Baseball Mad tidak ditangkap polisi saat kereta sampai pada stasiunnya.

Itulah kejanggalan-kejanggalan dalam film Berandal yang dapat saya uraikan sedikit, memang masih terdapat kejanggalan yang lain, tapi menurut saya tidak terlalu signifikan. Namun, bagaimanapun, Berandal adalah sebuah film, tidak juga dikatakan Based on True Event, jadi sang sutradara tentu dapat menggali idenya dengan lebih bebas. Dan bagaimanapun, menurut saya Berandal adalah salah satu film berkualitas yang pernah dibuat di Indonesia. Bahkan film ini mendapatkan respon yang sangat positif di luar negeri.

Namun bagaimanapun bagusnya film ini, banyak adegan-adegan yang menurut saya terlalu keras. Jadi, bagi orang tua, cegahlah anak-anak Anda yang dibawah umur untuk menontonnya. Bahkan saya sendiri merasa cukup sekali saja menontonnya sampai habis.

Demikianlah review film The Raid: Berandal ini saya buat, semoga cukup menghibur bagi pembaca sekalian. Ingat, hal buruk yang terjadi dalam film, tetap dalam film.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...