Skip to main content

Kampung Naga - Modernity Rejected

Kampung Naga is a traditional village located in Tasikmalaya District of West Java Province. Kampung (means village) Naga has a uniqueness when compare to another village in Java. This villages becames different because of their commitment go avoid all of modern touch in daily life, despite that they were live very near to it. They did'nt use electricity or anything that connected to modernity. Their rejection to the technology is the main attraction for many tourists, both local and foreign.


Objek Wisata Kampung Naga Tasikmalaya
Persawahan dan perumahan Kampung Naga
Entering Kampung Naga, we will greeted by rice fields that are not too wide on the left, while on the right there is a river and across the river there is a forbidden forest. Start entering the housing we will feel the atmosphere of a truly rural area.

Most people in Kampung Naga work as farmers, their rice fields can be seen in the street before entering the housing as mentioned above, partly on the back of the village leads to the upstream Ciwulan. They also selling various souvenirs to tourists who come to the village as an alternative of their livelihood.

All residents of Kampung Naga claimed to be muslim (embrace Islam), but Islam in Kampung Naga has been mixing with their predecessors believes before Islam.

Kampung Naga Tasikmalaya - West Java Cultural Tourism Destination
Masjid and Housing Kampung Naga

Kampung Naga landscape consists of three parts, namely the Sacred Leuweung located in the west side (up the hill), Leuweung and villages located between the sacred and Leuweung Leuweung ban. Between Leuweung ban and settlement dipusahkan by Ciwulan river where the water is not too clear. At the tomb shrine Leuweung predecessors highly respected village, this arena is off limits to visitors, even visitors with cameras are prohibited from taking pictures of this area even without entering into it. The division of this region shows a way of life in harmony with nature, because in this way their various activities they have little influence on the ecological system in Dragon village environment.

Umbrella girl in Kampung Naga
Umbrella Girl in Kampung Naga
Kampung Naga villagers are not too friendly with outsiders because they have a lot of rules about what can they say to the outsider. This is one of the difficulties for those who want to know more about the this village, unless we are willing to interact with them much longer.

One of the advantages of Kampung Naga being as tourist destination is the location is near from the highway, so it can be easily accessed by visitors. For those who want to visit Kampung Naga, can visit this village if you are going to Tasikmalaya from Bandung.

Comments

Popular posts from this blog

Horor Kampus IPB Baranangsiang

Kota Bogor memiliki banyak objek wisata yang menarik, salah satunya adalah bangunan kampus IPB Dramaga yang berada di tengah-tengah kota bogor, seberang jalan Kebun Raya Bogor. Sebagian area kampus ini sekarang telah menjadi bangunan yang kita kenal sebagai Mall Botani Square, Alhamdulillah pemerintah kota Bogor bersama pejabat-pejabat di Institut Pertanian Bogor telah menetapkan bangunan Kampus IPB Baranangsiang tersebut sebagai sebuah situs cagar budaya. Kampus IPB Baranangsiang tampak depan Sebagai salah satu bangunan tertua di kota Bogor, kampus IPB Baranangsiang memiliki banyak kisah Urban Legend. Beberapa yang paling terkenal adalah kisah tentang dosen misterius dan elevator tua. Kisah tentang dosen misterius saya dengar dari salah satu teman  sekelas saya di Pascasarjana ARL, beliau mendapatkan cerita itu dari seorang kakak tingkatnya. Jadi saya juga tidak mendapatkan langsung dari yang mengalaminya sendiri. Menurut cerita teman saya tersebut, pada suatu malam (kuliah

Tips Submit Artikel di Vivalog agar di Approve

Sudah bebeberapa artikel saya submit di vivalog , sudah beberapa kali malah, tapi tidak satu pun yang masuk dan di publish di sana. Rasanya agak frustasi juga (yang ringan saja), karena agak bertanya-tanya apa yang salah dari artikel saya. Saya pun mencari-cari apa yang salah dengan artikel yang saya submit di beberapa blog melalui google. Akhirnya karena tidak juga menemukan jawaban yang memuaskan saya melepas i-frame dari vivalog karena merasa ada ketidakadilan. Sementara saya memasang frame di blog saya, vivalog tidak menerima satupun artikel yang saya submit. Kemarin, saya mencoba kembali submit artikel di vivalog , Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ternyata kali kemarin artikel saya bisa di approve dan di publish di vivalog. Bahkan langsung menjadi salah satu artikel populer, dan seperti penjelasan di banyak blog lainnya, visitor saya langsung meroket hingga sepuluh kali lipat. Rasanya jadi terbayar sekali saya membuat atau menyadur artikel di blog saya . Saya kemu

Serakalan - Budaya Masyarakat Melayu Sambas

Bagi masyarakat Sambas, Serakalan adalah kata yang sangat familiar. Serakalan adalah salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat Sambas, namun juga dikenal oleh beberapa masyarakat Islam lain di Indonesia. Kebudayaan ini masuk bersamaan dengan kedatangan Islam ke Indonesia. Beberapa waktu yang lalu dalam kunjungan saya ke Sambas sempat mengikuti acara Serakalan yang dilakukan di rumah salah satu keluarga jauh. Berada di tengah-tengah acara Serakalan tersebut benar-benar pengalaman baru bagi saya. Bersyukur juga budaya melayu ini masih dipertahankan masyarakat Sambas. Pada awalnya Serakalan merupakan wujud ekspresi ta’dzim yang berhubungan dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah. Serakalan berisi syair-syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau “debaan” (Maulid Ad-Diba’iy). Pembaca Serekalan - Sambas Serakalan telah berkembang dikalangan masyarakat Sambas dan dikemas sedemikian rupa sehingga