Skip to main content

Jalan-jalan ke Danau Sebedang Sambas

Pemandangan Danau Serantangan
Danau Sebedang adalah danau yang terletak di daerah Kabupaten Sambas, tepatnya di Kecamatan Tebas. Danau ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Sambas karena merupakan salah satu objek wisata yang relatif sering dikunjungi oleh masyarakat. Danau ini sebenarnya adalah danau buatan yang menjadi sumber air baku bagi masyarakat disekitarnya.

Danau Sebedang tidak hanya menyuguhkan pemandangan danau yang luas, tetapi juga kawasan perbukitan yang masih menghijau di sekitarnya. Sebagian orang ada yang menikmati air danau dengan berenang di tepiannya yang dangkal. Selain menikmati pemandangan tepian danau, kita juga bisa menyewa sampan jika ingin menikmati pemandangan dari tengah-tengah danau. Untuk menyewa sampan, tarifnya adalah Rp. 20.000,- /jam (kalau tidak salah).

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berkunjung ke Danau Sebedang dengan istri dan kakak serta abang ipar saya. Sekedar berbagai pengalaman, berikut ini adalah cerita jalan-jalan kami ke Danau Sebedang.

Kami berempat berangkat dari kota Sambas menggunakan sepeda motor siang sekitar jam satu siang. Karena belum makan siang, kami singgah di salah satu warung makan yang ada di jalan  menuju tugu Terigas (lupa nama jalannya). Suasana jalan relatif sepi, termasuk di dalam rumah makan atau cafe tersebut. Hanya ada kami dan beberapa orang pelayan. Cukup lama kami menunggu nasi dan ayam yang kami pesan, akhirnya datang juga.

Perjalanan berlanjut, kami sempatkan membeli mamiri (makanan minuman ringan) di toko tepi jalan agar acara refreshing ini lengkap dan enjoyable, hehe. Hampir jam 3 sore kami baru sampai di Kawasan Danau Sebedang. Setelah membeli karcis masuk seharga Rp. 5000,-/orang dewasa (sekarang mungkin sudah naik), kami lanjut masuk melewati tepian danau dan bingung kemana akan mengarah dan berlabuh.

Dengan percaya diri tanpa dasar, kami mengikuti orang-orang yang ada di depan kami yang kami pikir tahu tempat yang bagus untuk menikmati kawasan yang masih alami tersebut. Hingga pada suatu tempat, orang-orang yang kami ikuti ternyata sama dengan kami, tidak tahu kemana lanjutan jalan yang sedang dilewatinya. Dan ternyata, kami tidak sendiri, ada beberapa orang lagi dibelakang kami berempat yang melakukan hal yang sama dengan kami. Terlanjur sudah sampai di tempat tersebut, kami turun dari motor dan mengambil beberapa foto.

Danau Sebedang Sambas
Peringatan untuk para pencari Batu - Danau Sebedang Sambas
Sebenarnya bisa dikatakan tidak ada yang bisa kami lihat di tempat seperti yang terlihat diatas, karena itu kami berputar dan mengikuti jalan yang telah kami lewati tadi hingga menemukan tempat yang cukup nyaman dengan pemandangan yang bagus untuk duduk sambil menikmati cemilan dan beraksi. Langit diatas Danau Sebedang pada saat itu cerah, matahari bersinar terik. Di depan kami rumpun-rumput air di tepian bersambung dengan air yang agak gelap di bagian agak ketengah. Perbukitan yang menghijau tampak dikejauhan. Kami duduk di bawah rerimbunan pohon Akasia sambil menikmati cemilah yang telah kami beli.

Bergaya di Danau Sebedang Sambas
Bosan juga hanya duduk di tepi danau, kami sepakat untuk menyewa sebuah sampan yang dapat menampung empat orang. Setelah memuat kami berempat, tambatan di lepaskan dan sampan bergerak perlahan meninggalkan tepian sungai. Dari atas danau kami dapat melihat orang-orang yang berenang di bagian utara danau, bukit-bukit ke arah atasnya tertutupi pekuburan orang Tionghoaa tampak sebagai kotak-kotak kecil berwarna putih.

Berangkat
Beberapa menit abang ipar saya mengayuh sampan, kami sampai di tepian seberang danau. Tumbuhan di dekat tepian tadi bergoyang-goyang disapa gelombang akibat badan sampan yang membelah air. Kecuali gelombang dari sampan tadi, suasana sekitar kami sangat senang. Tepian danau di dekat kami dipenuhi semak-semak dan pohon-pohon yang tumbuh rapat di belakangnya. Ada kesan yang agak kurang biasa disekitar tepian danau ini, airnya begitu tenang. Suasana sekitar semak begitu senyap, kami jauh dari orang-orang lain yang berada di seberang danau.

Karena suasana yang agak kurang nyaman dan rasa was-was yang muncul, sampan diarahkan kembali ke tepian tempat semula. Kali ini saya yang memegang dayung, namun apa daya, sampan hanya berputar-putar di atas air. Kami tidak juga meninggalkan bagian yang "sangat berkesan" tersebut. Akhirnya bang Fari mengambil alih dayung, dan sampanpun mulai melaju ke arah tepi yang kami tuju.

Bekayoh di Danau Sebedang
Jam menunjukkan pukul 5 sore, untuk menghindari kemalaman di jalan, kami langsung pulang menuju ke arah kota Sambas, pulang.

Comments

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...