Skip to main content

Kerbau dalam Pengolahan Lahan Pertanian

Kerbau adalah salah satu hewan yang sangat dekat dengan masyarakat agraris, karena kerbau memiliki beberapa fungsi penting dalam pertanian. Sayangnya, belakangan ini peran kerbau semakin tergusur oleh teknologi-teknologi baru. Fungsi kerbau untuk membajak sawah tergantikan oleh traktor tangan, fungsinya sebagai alat transportasi tergantikan oleh kendaraan bermotor. Bahkan di beberapa daerah yang biasa menggunakan daging kerbau untuk dikonsumsi mulai beralih ke sapi.

Namun, masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang masih mempertahankan kerbau sebagai bagian dari budaya dan aktifitas pertanian mereka. Salah satu kelompok masyarakat yang masih menggunakan tenaga kerbau untuk mengolah lahan sawah adalah masyarakat Sunda di Wilayah Dramaga dan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di kawasan persawahan wilayah tersebut kita bisa melihat petani membajak sawah pada awal musim tanam. Beberapa waktu lalu saya sempat melihat proses pengolahan lahan sawah dengan menggunakan tenaga kerbau dan mendokumentasikannya. Berikut ini adalah beberapa dokumentasinya.

Pembajakan Sawah menggunakan Kerbau - Situ Gede, Bogor Jawa Barat

Pembajakan Sawah menggunakan Kerbau (2) - Situ Gede, Bogor, Jawa Barat

Kerbau Membajak Sawah (3) - Desa Cihideung Udik, Kab. Bogor, Jawa Barat

Kerbau dalam Kebun Jabon - Situ Gede, Bogor, Jawa Barat

Kerbau di Desa Wisata Cinangneng - Cihideung Udik, Kab. Bogor, Jawa Barat

Kerbau Sebagai Atraksi Wisata Desa Cinangneng - Cihideung Udik, Kab. Bogor, Jawa Barat
Dua gambar paling bawah diatas adalah salah satu pemanfaatan kerbau sebagai objek wisata yang berlokasi di Kampung Wisata Cinangneng. Dan, sebenarnya masih banyak tempat lain bisa dan sudah mengembangkan Kerbau sebagai objek wisata. Semoga pihak-pihak terkait menyadari potensi ini dan tergerak untuk melestarikan kerbau di Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...