Skip to main content

Horor Kampus IPB Baranangsiang

Kota Bogor memiliki banyak objek wisata yang menarik, salah satunya adalah bangunan kampus IPB Dramaga yang berada di tengah-tengah kota bogor, seberang jalan Kebun Raya Bogor. Sebagian area kampus ini sekarang telah menjadi bangunan yang kita kenal sebagai Mall Botani Square, Alhamdulillah pemerintah kota Bogor bersama pejabat-pejabat di Institut Pertanian Bogor telah menetapkan bangunan Kampus IPB Baranangsiang tersebut sebagai sebuah situs cagar budaya.

Kampus IPB Baranangsiang tampak depan

Sebagai salah satu bangunan tertua di kota Bogor, kampus IPB Baranangsiang memiliki banyak kisah Urban Legend. Beberapa yang paling terkenal adalah kisah tentang dosen misterius dan elevator tua. Kisah tentang dosen misterius saya dengar dari salah satu teman  sekelas saya di Pascasarjana ARL, beliau mendapatkan cerita itu dari seorang kakak tingkatnya. Jadi saya juga tidak mendapatkan langsung dari yang mengalaminya sendiri.

Menurut cerita teman saya tersebut, pada suatu malam (kuliah malam), suatu ruang kuliah sudah di penuhi oleh mahasiswa yang siap menerima kuliah dari dosennya. Setelah lama menunggu, akhirnya datang seorang dosen, namun yang datang ternyata dosen lain yang mengaku sebagai dosen pengganti. Selanjutnya perkuliahan tersebut berjalan secara normal layaknya kuliah lainnya. 

Namun keesokan harinya, sang dosen yang seharusnya datang malam sebelumnya menyatakan permintaan maafnya kepada mahasiswanya karena lupa memberitahu mahasiswanya bahwa perkuliahan ditiadakan karena dosen tersebut berhalangan hadir. Berdasarkan deskripsi yang diberikan mahasiswa yang mengikuti kuliah yang seharusnya dibatalkan tersebut, dosen yang mengajar mereka pada malam itu mirip dengan salah satu dosen yang sudah lama meninggal.

Elevator Kampus IPB Baranangsiang
Kisah lainnya adalah tentang sebuah elevator atau lift di kampus Baranangsiang ini. Terdapat dua elevator di kampus IPB Baranangsiang, keduanya sudah lama sekali di bangun dan sudah tidak bisa digunakan lagi. Berdasarkan beberapa cerita yang beredar di beberapa forum online, dikatakan bahwa kampus IPB Baranangsiang adalah warisan dari pemerintah kolonial Belanda. 

Pada dua bagian kampus tersebut terdapat dua elevator atau lift. Pada suatu waktu ada seorang dosen yang ingin mengukur kedalaman lubang yang berada di bawah lift tersebut, dosen tersebut mencoba mengukur kedalaman lubang tersebut dengan melemparkan api dan batu, namun di tidak berhasil. Akhirnya dia mencoba masuk kedalam lubang tersebut, namun sejak masuk ke dalamnya ia tidak pernah keluar lagi.

Sebenarnya cerita tersebut sangat janggal jika kita berpikir dengan logis. Fakta yang diabaikan dalam kisah elevator tersebut adalah bahwa gedung kampus pertanian IPB Baranangsiang awalnya adalah kampus Fakultas Pertanian dan Fakultas MIPA Universitas Indonesia yang peletakan batu pertamanya di lakukan oleh Presiden Republik Indonesia yang pertama pada tahun 1952. Jadi kampus ini bukan warisan dari pemerintahan kolonial belanda.

Desain arsitektur kampus ini dibuat dengan serius oleh konsorsium aristek bule yang berasal dari Zaandam, Volendam, dan mungkin lagi Schiedam. Tentu akan menjadi konyol sekali rasanya kalau seorang dosen mecoba untuk mengukur kedalaman lubang lift tersebut, kenapa dia tidak mencari arsip tentang desain arsitektur kampus tersebut yang dapat menjelaskan detail-detail bangunan tersebut, termasuk kedalama lubang lift tersebut.

Lorong Selasar Gedung IPB BS
Di kalangan mahasiswa juga beredar cerita tentang adanya lorong bawah selasar yang diceritakan merupakan tempat persembunyian dosen saat terjadi perang. Kembali ke penjelasan diatas, kampus IPB Baranangsiang tidak dibangun dalam masa perang. Jadi cerita tersebut termasuk mengada-ada. Saya sendiri pernah masuk kedalam lorong bawah tanah yang ada di bawah selasar tersebut, lorong tersebut sebenarya adalah tempat berbagai instalasi gedung berada, seperti pipa air dan kabel listrik.

Saya juga sempat mengunjungi lubang yang berada di bawah lift yang saya ceritakan diatas, memang sangat gelap, tidak ada sinar lampu atau matahari atau lampu yang masuk kecuali kita yang memasukkannya. Lubang lift tersebut dapat kita lihat jika kita memasuki ruang bengkel yang berada di bawah belakang lift tersebut melalui tangga di turun di samping kanan lift. Saya sendiri tidak mendapatkan foto yang cukup bagus, karena waktu kunjungan tersebut masih katrok dengan kamera.

Pada salah satu lorong di lantai tiga saya menemukan tumpukan kotoran kelewar dan bangkai seekor kelelawar. Beberapa ruangan lab dan kelas di kampus yang sudah berumur 63 tahun tersebut tampak berdebu karena tidak terpakai. Teman sekelas saya yang bercerita tentang dosen misterius juga bercerita tentang seringnya terdengar langkah orang berjalan di lorong-lorong di kampus ini, adanya seorang dosen yang terlihat berjalan di selasar namun kemudian hilang di depan lift, serta suara-suara orang yang sedang bekerja di lab yang seharusnya kosong (dan memang kosong). Jika anda ingin membuktikan kebenarannya, sebaiknya datang sendiri ke bangunan kampus ini agar mendapatkan informasi yang lebih valid.

Terlepas dari berbagai cerita urban legend yang melekat pada bangunan tua kampus IPB Baranangsiang, bangunan ini adalah sebuah prasasti tentang cita-cita rakyat Indonesia untuk mencapai kemandirian pangan. Kampus ini adalah kampus pertanian pertama di Indonesia yang mengemban tanggung jawab kemajuan pertanian Indonesia. Karena itu sudah selayaknya kita menjaga gedung Kampus IPB Baranangsiang agar tetap lestari dan menjadi pembelajaran bagi generasi mendatang tentang pentingnya pertanian, karena...
Pertanian adalah Soal Hidup atau Mati - Ir. Soekarno

Comments

  1. aku dulu kuliah di situ juga kalau ada kuliah malam gak berani sendiri, tapi lebh seram lagi kampus FKH yang di taman kencana (sekarang sudah pindah ke dermaga) serem banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya belum pernah ke kampus taman kencana mbak, jadi penasaran... :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...

Kesegaran Kecombrang di Heart of Borneo

Jauh dari arus kendaraan yang mengental di banyak titik, hiruk pikuk pasar laksana sarang lebah. Salah satu wilayah kerja saya berada di kawasan jantung Kalimantan, atau sering disebut sebagai Heart of Borneo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya di desa Tanjung, pagi kami disambut pemandangan bentangan Bukit Belang yang kadang bersih dan kadang berhias kabut putih.  Sarapan pagi bukan hal yang umum di desa Tanjung, namun berhubung ada tamu, empunya rumah memasak pagi-pagi untuk menghibur kami. Sebenarnya saya sendiri merasa sungkan, tapi lebih baik sungkan daripada sakit, kan? Disamping nasi dan lauknya, pagi itu perhatian saya tersita oleh sayuran berwarna merah mirip bunga yang dicincan. Ternyata sayur yang saya lihat itu memang bunga yang dicincang bersama tangkai tanamannya. Setelah menanyakan dan tahu nama tanamannya, saya langsung mencobanya. Pada kunyahan pertama, saya langsung menyukai sayuran tersebut. Antara pedas, segar dan wangi. Rasa yang membuat saya ketagihan...