Skip to main content

Tentang Tugu Khatulistiwa Pontianak

Kata orang, kalau datang ke Pontianak tapi belum ke Tugu Khatulistiwa, maka anda dianggap belum datang ke kota yang hot ini. Karena inilah monumen paling terkenal di Indonesia setelah Monumen Nasional, versi saya. Yang tadi itu kalau orang jauh yang datang, nah kalau orang lahir di Pontianak tapi belum pernah ke Tugu Khatulistiwa? Bagaimana itu? Apakah boleh kita katakan yang bersangkutan belum lahir di Pontianak???

Itulah yang saya alami selama 26 tahun saya tinggal di Kota Pontianak, ternyata saya belum diakui lahir di Pontianak karena belum pernah ke tugu khatulistiwa. Baru pada tahun 2011 M yang lalu saya berhasil melihat wujud asli Tugu Khatulistiwa yang berbentuk seekor rubah.. eh... wujud aslinya yang ternyata lebih kecil. Ya pemirsa, selama dua puluh enam tahun saya telah tertipu. Ternyata yang saya lihat setiap kali lewat di jalan Khatulistiwa, bukanlah tugu Khatulistiwa yang asli.

Tugu Khatulistiwa yang asli ada di bawah replikanya yang lebih besar di atasnya, dan sungguh, itu adalah sebuah kenyataan yang biasa saja saat saya mengetahuinya. Tugu yang asli tingginya hanya empat meter, terbuat dari kayu belian alias kayu ulin alias kayu besi alias Euxyderoxylon zwageri. Kayu belian konon adalah kayu terkeras didunia yang fana ini, dan saya percaya itu. Bahkan, kayu ini akan semakin keras seiring bertambahnya umur. Jika kayu jati adalah emas hijau, makan belian adalah berlian hijau.

Lupakan soal berlian, fokus ke tugu khatulistiwa. Tugu Khatulistiwa terletak di jalan Khatulistiwa, jaraknya sekitar 3 km dari pusat kota Pontianak. Transportasi dari pusat kota ke tugu ini cukup mudah. Mendatangi tugu khatulistiwa bisa dilakukan sambil keliling kota Pontianak menggunakan bus kota. Mudah sekali menemukan bus kota di Pontianak, karena hanya ada satu trayek bus di kota ini, busnya berwarna orange. Kalau dari hotel-hotel sekitar pusat kota, anda bisa berjalan menuju ke dermaga penyebrangan feri. Menyeberangi sungai kapuas dan mendarat di Siantan. Dari Siantan silahkan cari angkot atau masyarakat Pontianak lebih umum menyebutnya sebagai oplet untuk trayek tujuan jungkat, turun di dekat Tugu Khatulistiwa.

Bagaimana? Tertarik mengunjungi Tugu Khatulistiwa? Kalau tertarik, pastikan anda datang di waktu yang tepat. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi tugu ini adalah pada tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September setiap tahunnya. Pada kedua waktu itu terjadi fenomena alam yang luar biasa, Pontianak menjadi lebih panas dari biasanya. Fenomena tersebut dikenal sebagai Kulminasi, yaitu suatu peristiwa dimana matahari berada tegak lurus di atas garis Khatulistiwa yang membelah kota Pontianak menjadi dua, pada saat itu, semua benda yang berada pada titik itu akan kehilangan bayangannya. Titik tegak lurus tersebut berada di kawasan sekitar tugu Khatulistiwa. Loh, kok nggak di atas tugunya? Karena titik Kulminasi tersebut setiap tahunnya bergeser, saat ini diperkirakan garis Equator berada di sebelah selatan tugu diatas sungai Kapuas.

Demikianlah sedikit cerita tentang Tugu Khatulistiwa yang saya banggakan sebagai warga kota Pontianak. Semoga cerita singkat ini tidak membuat anda jera melencong ke blog ini, apalagi melancong ke Pontianak. Karena Pontianak adalah salah satu kota yang harus anda kunjungi sebelum "lewat", versi saya. Selain terkenal dengan Tugu Khatulistiwanya Pontianak juga terkenal dengan Sungai Kapusnya,  kalau anda belum kenal, silahkan kenalan. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Kalau anda datang ke Pontianak, jangan lupa dengan wisata kulinerya yang merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia, lagi-lagi ini versi saya.

Akhir kata, semoga tulisan ini tidak menyinggung perasaan yang membacanya, malah saya berdoa semoga dengan membaca ini anda bisa terhibur. Dan tentu saja semoga bermanfaat, dan salam.

Comments

Popular posts from this blog

Tomistoma Survey: Menyusuri Kapuas dan Leboyan

Danau Sentarum, adalah salah satu taman nasional Indonesia yang berlokasi di daerah perhuluan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Pertama kali saya melihat secara langsung salah satu danau terunik di dunia ini sekitar November 2015. Saat melihat secara langsung tersebut, terbersit cita-cita di benak saya untuk mengunjunginya. Allah Sang Maha Pendengar mengabulkan cita-cita saya tersebut, tidak berapa lama selang dari terbang di atas danau, saya berkesempatan membelah air danau sentarum dari atas speedboat bertenaga 30 pk. Berikut adalah cerita perjalanan tersebut. Pemandangan Danau Sentarum dari Bukit Tekenang Perjalanan dimulai dari Pontianak dengan anggota terdiri dari Imanul Huda, Hari Prayogo dan Janiarto Paradise. Kami berkumpul di pool Damri Pontianak. Seperti jadwal biasanya, bus berangkat pada pukul 19.00 menuju Sintang. Perjalanan malam hanya menyajikan pemandangan gelapnya tepian jalan yang hanya kadang-kadang berhias lampu rumah masyarakat. Sisanya hanya sem...

Long House of Dipanimpan Bolong Nanga Nyabau, Heart of Borneo

The Nanga Nyabau Village Nanga Nyabau is one of the villages in Kapuas Hulu Regency, precisely in Embaloh Hulu district. It does’nt take a long time to visit this village from Putussibau*. Nanga Nyabau can be achieved in about 1 hour road trip. I have been to this village several times, but not with special intentions for traveling or backpacking. My arrival to this village was only to take my co-workers in the village of Nanga Lauk. Why go to Nanga Nyabau village? Its because the most plausible path to the village of Nanga Lauk is the river route starting from Nanga Nyabau downstream of the Palin River. After several visits, I learned that Nanga Nyabau Village has a betang house (long house) that has been designated as a cultural heritage object. While waiting for the boat pickup from Nanga Lauk, we visited the betang house in Nanga Lauk village on the advice of Rio. From where the car was parked, me, the nicke, elin, and aloy, walked across the suspension bridge that are very com...

Mie Ayam Keraton, Kemang

Saya sudah beberapa kali dengar tentang Kemang sebagai pusat kuliner Jakarta, hal ini langsung saya buktikan sendiri saat pertama kali datang ke Kemang. Kunjungan pertama saya adalah ke restoran Locarasa yang menyajikan resep-resep makanan bule dengan cita rasa Indonesia. Tapi kali ini saya tidak membahas tentang Lokarasa, kali ini saya ingin berbagi tentang kuliner kaki lima di sekitar kemang. Kuliner ini berada di pertigaaan jalan tidak jauh dari Favehotel Kemang (sekitar 25 meter). Di pojok kuliner ini terdapat beberapa gerobak makanan yang beranekaragam, ada yang menjual martabak manis, warteg, jus buah, kopi, dan mie ayam. Sebagai penggemar masakan mie, saya tergoda untuk merasai mie ayam di pojok kuliner kemang tersebut. Mie ayam keraton, demikian tag line yang tertulis di bagian depan gerobak tersebut. Nama yang menjanjikan, mungkin abang penjualnya punya resep mie ayam dari keraton. Setelah memesan, tidak butuh waktu lama bagi mas penjualnya untuk menghadirkan mie ayam kerat...