Beberapa hari yang lalu saya menemukan satu bacaan yang menarik di Kompasiana, tentang dunia perbloggeran yang agak menggelitik dan bikin gelisah (geli-geli bas... ah sudahlah). Pernyataannya adalah sebagai berikut:
Kalau saya, tidak merasa tersenggol, tapi saya ingin menyebut pernyataan itu sebagai aksi kurang produktif (mau bilang "aksi resek" agak kasar kayaknya :v). Seperti yang ibu Pemred katakan, "Mungkin ini urusan pribadi...."... nah sudah tahu urusan pribadi, tapi masih dibahas? Rasanya kalau sudah urusan pribadi, biarkan saja. Biarkan para wannabe itu (termasuk saya) ingin eksis. Saya akui memang saya ingin eksis, tapi sayang disayang belum juga tercapai minat saya itu.
Kalau masalah kalah pamor, ini suatu hal yang menurut saya "tak ada logika" (agnesmonika mode on). Nggak mungkinlah wannabe lebih populer dari yang orie. Nggak mungkin, kalaupun mungkin, mungkin itu hanya perasaan ibu Pemred aja... eaaa...
Dari pernyataan-pernyataan bu Pemred itu, memunculkan tanya dalam hatiku...
Tapi kalau ada orang yang tiap hari bikin postingan di blog, tapi tidak mau menyebut dirinya sebagai blogger, maka itu juga terserah yang bersangkutan. Jadi, dia bukan blogger. Karena bisa jadi dia lebih nyaman kalau disebut sebagai... Internet Marketer, misalnya.
Blogger, menurut saya adalah aktifitas hobi yang bisa disebut sebagai label atau branding. Ada dua pihak utama yang memberikan kita label, yaitu diri kita sendiri, dan orang lain. Nah, menurut saya (sotoy mode on), ibu Petty diatas tidak bisa membedakan antara hobi (label branding) dengan profesi.
Misalnya ada seseorang yang senang bermain bola, jika saya katakan dia sebagai pemain bola, salahkah? Saya pikir bisa salah, tapi secara kebahasaan benar. Seseorang yang sedang bermain bola disebut sebagai pemain bola. Nah, beda dengan Messi atau Ronaldo, mereka pemain bola, tapi ada tambahan dibelakangnya, yaitu kata "Profesional". Jadinya, Messi dan Ronaldo adalah Pemain Bola Profesional.
Demikian pula dengan blogger, walaupun punya blog yang update setahun sekali, dia tetap blogger. Tapi mungkin, bukan blogger profesional. Adapun halnya dengan penulis, sama juga, ada penulis biasa, ada penulis profesional. Tapi sama-sama penulis, terserah apakah yang bersangkutan sendiri yang mengaku sebagai penulis, atau orang lain yang menyebut dirinya sebagai penulis. Itu urusan pribadi masing-masing.
Intinya menurut saya, jangan terjebak dengan label. Label itu penting, tapi jangan sampai label itu menjadi semacam penjara yang mengungkung kreatifitas. Label itu hanya bawaan dari apa yang kita lakukan. Pede-lah dengan aktifitas dan kreatifitas yang kita cintai, orientasikan amalan kita untuk kebaikan manusia, bukan untuk dibilang baik (baca: label). Biarkan orang lain mengatakan kita ganteng, itu urusan mereka, yang penting kita tampan. Huahahahaha....
Begitu mudah kita menempelkan suatu profesi hanya karena melakukan satu dua pekerjaan saja. Menyebut diri blogger hanya karena punya blog (padahal tidak update juga), bla bla bla....Pernyataan diatas bisa dilihat dalam kolom Dari Redaksi yang ditulis oleh Pemred Femina. Bagaimana menurut rekan-rekan? Adakah perasaan tergelitik... atau tersinggung? Tapi tunggu dulu, pernyataan sang Pemred tersebut masih ada kelanjutannya, berikut potongan lainnya...
“Mungkin ini urusan pribadi, namun di ranah profesional hal ini sulit dibenarkan. Penghargaan terhadap mereka yang betul-betul berprofesi itu menjadi terabaikan. Apalagi ketika mereka kalah ‘pamor’ dengan para wannabe ini yang populer di ranah maya”.Gimana? Ada yang tersenggol? Pernyataan di atas saya ketahui dari blog Kompasiana milik mas Gapey Sandy (go to the TKP). Menurut saya tulisan mas Gapey dapat mengekspresikan respon sebagian blogger (catet: belum tentu semua), tapi saya sendiri ingin nimbrung juga.
Kalau saya, tidak merasa tersenggol, tapi saya ingin menyebut pernyataan itu sebagai aksi kurang produktif (mau bilang "aksi resek" agak kasar kayaknya :v). Seperti yang ibu Pemred katakan, "Mungkin ini urusan pribadi...."... nah sudah tahu urusan pribadi, tapi masih dibahas? Rasanya kalau sudah urusan pribadi, biarkan saja. Biarkan para wannabe itu (termasuk saya) ingin eksis. Saya akui memang saya ingin eksis, tapi sayang disayang belum juga tercapai minat saya itu.
Kalau masalah kalah pamor, ini suatu hal yang menurut saya "tak ada logika" (agnesmonika mode on). Nggak mungkinlah wannabe lebih populer dari yang orie. Nggak mungkin, kalaupun mungkin, mungkin itu hanya perasaan ibu Pemred aja... eaaa...
Dari pernyataan-pernyataan bu Pemred itu, memunculkan tanya dalam hatiku...
Pantaskah aku di sebut blogger?Setelah kontemplasi yang cukup mendalam hinggs kedalam "bilek temenong", akhirnya saya menyimpulkan bahwa, saya Pantas disebut sebagai seorang blogger, walaupun misalnya saya hanya update blog setahun sekali, saya tetap pantas disebut blogger. Karena, itu adalah urusan pribadi saya. Jika ibu Pemred atau teman-teman lain beranggapan saya bukan blogger, itu urusan pribadi teman-teman sendiri. Silahkan sebut saya apa saja, tapi jangan bilang saya ganteng...
Tapi kalau ada orang yang tiap hari bikin postingan di blog, tapi tidak mau menyebut dirinya sebagai blogger, maka itu juga terserah yang bersangkutan. Jadi, dia bukan blogger. Karena bisa jadi dia lebih nyaman kalau disebut sebagai... Internet Marketer, misalnya.
Blogger, menurut saya adalah aktifitas hobi yang bisa disebut sebagai label atau branding. Ada dua pihak utama yang memberikan kita label, yaitu diri kita sendiri, dan orang lain. Nah, menurut saya (sotoy mode on), ibu Petty diatas tidak bisa membedakan antara hobi (label branding) dengan profesi.
Misalnya ada seseorang yang senang bermain bola, jika saya katakan dia sebagai pemain bola, salahkah? Saya pikir bisa salah, tapi secara kebahasaan benar. Seseorang yang sedang bermain bola disebut sebagai pemain bola. Nah, beda dengan Messi atau Ronaldo, mereka pemain bola, tapi ada tambahan dibelakangnya, yaitu kata "Profesional". Jadinya, Messi dan Ronaldo adalah Pemain Bola Profesional.
Demikian pula dengan blogger, walaupun punya blog yang update setahun sekali, dia tetap blogger. Tapi mungkin, bukan blogger profesional. Adapun halnya dengan penulis, sama juga, ada penulis biasa, ada penulis profesional. Tapi sama-sama penulis, terserah apakah yang bersangkutan sendiri yang mengaku sebagai penulis, atau orang lain yang menyebut dirinya sebagai penulis. Itu urusan pribadi masing-masing.
Intinya menurut saya, jangan terjebak dengan label. Label itu penting, tapi jangan sampai label itu menjadi semacam penjara yang mengungkung kreatifitas. Label itu hanya bawaan dari apa yang kita lakukan. Pede-lah dengan aktifitas dan kreatifitas yang kita cintai, orientasikan amalan kita untuk kebaikan manusia, bukan untuk dibilang baik (baca: label). Biarkan orang lain mengatakan kita ganteng, itu urusan mereka, yang penting kita tampan. Huahahahaha....
Jadi aku termasuk blogger dong? Hehe. Sempet ragu tentang ini. Tapi kalo lihat analogi pemain bola jadi nakin yakin. Yakin kalo titik-titik
ReplyDeleteloh.... kok jadi titik-titik mas... :?
Deletekalau saya tidak tampan, tapi cantik. kalau ada yg bilang tampan, itu resek sekali... *gagal fokus* :D
ReplyDeletebetul tuh, takkan mungkin yg wannabe bisa lebih wow daripada yg pro, kecuali atas izin-Nya. kalaupun ada itu pun biasanya takkan lama. hukum di dunia sudah jelas, siapa yg menanam dia yg menuai, jadi kalaupun wannabe (atau newbie) bisa lebih tenar, ya pasti karna ada yg dia tanam. kalau yg pro belum tenar, bisa jadi memang belum saatnya atau bisa jadi rejekinya nanti lebih besar lagi karena kan pro kan pasti lebih mutu. eh tapi, masak sih pro mikirin ketenaran? bukannya ketenaran itu beriringan dengan keprofesionalan?
ah sudahlah. suka2 orang lah, bilang apa. saya ngeblog azzzah... :D happy blogging for every blogger!
setuju mbak... biarkan ayam berkokok, kita teruskan sarapan... :D
Deletelagian kalau udah tenar mungkin udah profesional juga, tapi ya... ah sudahlah... kita tetep ngeblog aja mbak cantik... kita mah gitu orangnya.... digituin nggak ngaruh kayaknya... :D
Hobi bisa jadi profesi tapi profesi belum tentu jadi hobi heehehe.... saya ga setuju juga sama pendapat sama ibu Pimred itu. :)
ReplyDeletehobi atau profesi yang penting ikhlas, betul nggak mbak? biarlah orang berkata apa.... #sing
Deletepantas atau tak pantas aku disebut dengan blogger atau penulis apalah yang penting aku terus menulis
ReplyDeletesetuju mbak... gimana kitanya aja.... yang penting enak... :D
DeleteMenurut saya juga hampir sama. Agak saru antara profesi dan label. Dan yang namanya profesi itu bisanya menyangkut profit sih :D
ReplyDeletewaduh, saru ya mbak, jadi pengertian saru itu apa ya? saya tahunya saru itu berhubungan dengan ehmmm...
Delete