Skip to main content

Solo Riding ke Nanga Sangan

\
Bermotor sendirian menempuh jarak yang lumayan jauh memang sudah biasa saya jalani, tapi untuk jalan yang baru pertama kali saya tempuh sendiri tetap mengundang sensasi sendiri. Tapi sensasi tersebut cenderung ke rasa khawatir dan was-was. Seperti perjalanan saya hari kamis lalu menuju desa Nanga Sangan, Kecamatan Boyan Tanjung. Berhubung teman sekantor sedang mengunjungi daerah lain dan teman yang satunya lagi sudah pulang ke Pontianak, jadilah saya jalan sendirian.

Pukul 14.00 saya berangkat dari kantor di Kota Putussibau. Setelah membeli bensin, saya langsung melaju menuju tempat tujuan melalu jalan raya Lintas Selatan Kapuas Hulu. Jalan raya Lintas Selatan Kapuas Hulu cukup mulus, hanya beberapa jembatan yang sedang diperbaiki sehingga motor harus dikurangi kecepatannya. Selain dari itu adalah sedikit bagian jalan yang turun dan menjadi gerutuk. Secara keseluruhan, perkiraan saya, jalan yang kurang mulus tidak lebih dari dua persen. Itupun hanya kurang mulus, bukan berbatu-batu atau becek.

Perjalanan menuju pusat kecamatan Boyan Tanjung memakan waktu sekitar dua jam, dari pusat kecamatan menuju desa Nanga Sangan memakan waktu sekitar satu jam. Perjalanan yang satu jam ini yang cukup menantang. Kira-kira seperempat jalan sudah diaspal, namun terdapat cukup banyak lubang di beberapa bagiannya. Setelah aspal, perkerasan batu dan tanah merah harus kita lewati. Jika sedang hujan deras, cukup rawan melewati jalan tersebut. Hal menantang lain dari jalan ini adalah tanjakan dan turunan yang relatif curam, namun jika sudah terbiasa, tanjakan tersebut justru menjadikan perjalanan kita lebih berkesan.



Sekitar pukul 17.00 saya tiba di Nanga Sangan. Malamnya diskusi dengan beberapa tokoh masyarakat tentang potensi hutan yang terdapat di desa Nanga Sangan. Salah satu yang menurut saya menarik adalah petai yang saat ini harganya lumayan tinggi, namun tidak banyak masyarakat yang memiliki pohonnya. Padahal beberapa tahun lalu pemerintah pernah  membagikan secara gratis bibit pohon petai, dan lahan yang terdapat di desa Nanga Sangan juga relatif sesuai untuk pertumbuhan Petai. Namun, karena pada saat itu petai belum menjanjikan penghasilan yang memadai, bibit tersebut di seriusi oleh masyarakat. Diskusi selesai sekitar pukul 21.30, setelah para peserta pulang, saya istirahat.

Pagi sekitar pukul 07.30, saya bersama Kades menuju kantor desa untuk mempersiapkan beberapa berkas yang menjadi kelengkapan administrasi pengajuan hutan desa. Urusan pembuatan surat tersebut ternyata di lakukan di rumah sekdes, karena kantor desa baru selesai dibangun dan kades serta beberapa bawahannya sedang memindahkan barang-barang dari kantor yang lama ke kantor barunya. Ternyata mengurus administrasi cukup menguras tenaga, sampai hampir tiba waktu shalat jumat belum juga selesai. Jadi pekerjaan tersebut di pending, kami jumatan dulu.

Selesai jumatan, ternyata hanya sedikit lagi berkas yang akan di print. Karena itu hanya beberapa menit waktu yang terlewati dan kami selesai mengerjakan berkas-berkas tersebut. Selesai dengan pejerjaan itu, pak Sekdes mengajak saya untuk jalan-jalan ke kecamatan. Sekalian mengantarkan empat batang kayu belian pesanan pak camat, kami menuju sirkuit grass track. Inilah alasan saya untuk menyambut ajakan pak Sekdes walaupun badan sebenarnya agak letih.

Bagaimana kondisi di sirkuit grass track tersebut? Tunggu posting selanjutnya... (mudah2n ada yang mau nunggu... hehe)

Comments

Popular posts from this blog

Horor Kampus IPB Baranangsiang

Kota Bogor memiliki banyak objek wisata yang menarik, salah satunya adalah bangunan kampus IPB Dramaga yang berada di tengah-tengah kota bogor, seberang jalan Kebun Raya Bogor. Sebagian area kampus ini sekarang telah menjadi bangunan yang kita kenal sebagai Mall Botani Square, Alhamdulillah pemerintah kota Bogor bersama pejabat-pejabat di Institut Pertanian Bogor telah menetapkan bangunan Kampus IPB Baranangsiang tersebut sebagai sebuah situs cagar budaya. Kampus IPB Baranangsiang tampak depan Sebagai salah satu bangunan tertua di kota Bogor, kampus IPB Baranangsiang memiliki banyak kisah Urban Legend. Beberapa yang paling terkenal adalah kisah tentang dosen misterius dan elevator tua. Kisah tentang dosen misterius saya dengar dari salah satu teman  sekelas saya di Pascasarjana ARL, beliau mendapatkan cerita itu dari seorang kakak tingkatnya. Jadi saya juga tidak mendapatkan langsung dari yang mengalaminya sendiri. Menurut cerita teman saya tersebut, pada suatu malam (kuliah

Tips Submit Artikel di Vivalog agar di Approve

Sudah bebeberapa artikel saya submit di vivalog , sudah beberapa kali malah, tapi tidak satu pun yang masuk dan di publish di sana. Rasanya agak frustasi juga (yang ringan saja), karena agak bertanya-tanya apa yang salah dari artikel saya. Saya pun mencari-cari apa yang salah dengan artikel yang saya submit di beberapa blog melalui google. Akhirnya karena tidak juga menemukan jawaban yang memuaskan saya melepas i-frame dari vivalog karena merasa ada ketidakadilan. Sementara saya memasang frame di blog saya, vivalog tidak menerima satupun artikel yang saya submit. Kemarin, saya mencoba kembali submit artikel di vivalog , Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ternyata kali kemarin artikel saya bisa di approve dan di publish di vivalog. Bahkan langsung menjadi salah satu artikel populer, dan seperti penjelasan di banyak blog lainnya, visitor saya langsung meroket hingga sepuluh kali lipat. Rasanya jadi terbayar sekali saya membuat atau menyadur artikel di blog saya . Saya kemu

Serakalan - Budaya Masyarakat Melayu Sambas

Bagi masyarakat Sambas, Serakalan adalah kata yang sangat familiar. Serakalan adalah salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat Sambas, namun juga dikenal oleh beberapa masyarakat Islam lain di Indonesia. Kebudayaan ini masuk bersamaan dengan kedatangan Islam ke Indonesia. Beberapa waktu yang lalu dalam kunjungan saya ke Sambas sempat mengikuti acara Serakalan yang dilakukan di rumah salah satu keluarga jauh. Berada di tengah-tengah acara Serakalan tersebut benar-benar pengalaman baru bagi saya. Bersyukur juga budaya melayu ini masih dipertahankan masyarakat Sambas. Pada awalnya Serakalan merupakan wujud ekspresi ta’dzim yang berhubungan dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah. Serakalan berisi syair-syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau “debaan” (Maulid Ad-Diba’iy). Pembaca Serekalan - Sambas Serakalan telah berkembang dikalangan masyarakat Sambas dan dikemas sedemikian rupa sehingga