Belum ada blogging hari ini, sayang rasanya kalau hari ini nggak posting. Jadi, walaupun sedikit, saya akan tetap menulis. Kali ini ceritanya tentang perjalanan pemanjatan tebing batu Bukit Kelam yang ada di Sintang, Kalimantan Barat. Tahu kan Bukit Kelam?
Bukit Kelam ini mirip-mirip dengan Uluru, tahu kan Uluru? Kalau ndak tahu, emang Ter la lu? Jadi benar-benar ndak tahu? Baiklah kalau begitu biar saya kasih saran... googling!
Bukit Kelam ini merupakan bukit yang eksotis, bayangkan.... atau... liat gambarnye jaklah... nda usah bayangkan...nih...
Bukit Batu yang seperti jatuh dari langit, terus tepedam masuk ke kerak bumi. Bayangkan kalau bro n sis sekalian melempar bola besi di atas pasir. Tepedam kan? Nah, saya curiga seperti itulah Bukit Kelam jatuh dari langit dan mendarat di tempat yang sekarang kita kenal sebagai Sintang.
Karena ini adalah blog pribadi, kurang sah rasanya kalau saya bercerita tentang tempat yang belum pernah saya kunjungi.Karena itu dengan ini saya nyatakan bahwa... saya pernah ke Bukit Kelam... :D #senyumdenganbarisangigi
Awal kisah adalah seorang senior di Mapala mengajak untuk liburan ramai-ramai. Kalau tidak salah ada dua opsi, yang satunya saya lupa, yang satunya lagi saya.... nggak lupa, tentu saja, karena satunya nggak lupa itu benar-benar benar kami kunjungi, dan bisa kah bro n sis menebak dimanakah itu? #pertanyaantidakpenting
Jadi "senior tersebut" mengajak kami mengisi liburan Idul Fitri" dengan melakukan panjat tebing. Pertama menimbang memang agak berat, masak saat orang-orang se-Indonesia berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara, kami malah sibuk menjamahi batu? Ya, tapi, setelah pertimbangan yang tidak seimbang, saya memutuskan untuk ikut saja.
Namun ada satu catatan dalam keputusan itu, saya hanya perlu membayar biaya keberangkatan dengan bus. Waktu itu kalau tidak salah Rp. 90.000,-. Biaya makan, penginapan, transport Sintang-Kelam, ditanggung oleh "senior tersebut", saya benar-benar berterimakasih kepada beliau. Luar biasanya, bukan hanya saya yang ditanggung, tetapi juga beberapa teman yang senasib dan sepenanggungan di organisasi. Kesimpulannya.. "Dibayarin? Mana nolak."
Satu atau dua hari sebelum berangkat kami sempat belanja logistik.
Hari H, Masih dalam suasana lebaran, kami naik bus pagi dari terminal Bus Damri di jalan Pahlawan.
Siang sekitar pukul 14 kami sampai di kabupaten Landak (kalau tidak salah). Bus mogok, sesuatu yang menjadi biasa bagi saya yang kemudian sering menggunakannya, herannya, walaupun sering mogok, saya lebih senang menggunakannya dari pada armada milik swasta. Kecuali waktu terpaksa.
Di tepi jalan yang sangat tidak berprikejalanan, sebuah sms menggetarkan handphone saya.
"Jan, lagi di rumah k? Kamek mau ke rumah nih.", rupanya teman-teman kuliah mau lebaran ke rumah.
"Datanglah", jawab saya singkat.
Saya kemudian menelpon orang rumah memberitahukan berita kedatangan teman-teman kuliah saya. Ibu saya kemudian menyiapkan segala sesuatunya, termasuk skenario penyambutan yang akan menggelapkan kepergian saya hingga mereka sudah ada di atas rumah.
Ya, naiklah mereka ke rumah saya, diatas rumah baru mereka di beri tahu bahwa saya sedang dalam perjalanan menuju Sintang.
Catatan, tidak ada orang yang dibohongi disini. Kalau terkecoh mungkin. :D
Malam sekitar jam 8 kami baru sampai di Terminal Sungai Durian, Sintang. Karena tidak memungkinkan untuk langsung ke Kelam, tim memutuskan untuk menginap dulu di Sintang. Dari terminal kami menuju hotel Sakura Sintang, carrier di bawa dengan menyewa dua becak yang di awasi bang Panjol. Sesampainya di hotel, kami saya langsung beristirahat, sementara beberapa teman yang lain jalan-jalan.
korbannye mok komen lok... :p
ReplyDeletehehehe... korbannye komen.... :D
Delete