Lanjutan cerita kemarin.
Bangun pagi di kamar hotel, kami breefing untuk rencana kegiatan pada hari itu. Saya tidak ingat sama sekali bagaimana rencananya, intinya hari itu juga kami akan berangkat ke Bukit Kelam, tapi sebelum itu ada yang harus dibeli di pasar. O iya, malam tadi telah datang dua orang anak buah bang Junai dari Putussibau yang akan ikut dalam kegiatan pemanjatan tebing kelam ini.
Semua anggota tim keluar dari hotel untuk jalan-jalan di sekitar hotel sekalian ke pasar. Vivin sebagai satu-satunya perempuan menjadi penanggung jawab apa yang akan dibeli. Utamanya adalah sayuran. Ya, jadilah kami berangkat ke pasar untuk membeli sayuran.
Setelah belanja kami singgah di sebuah warung bubur yang tidak bisa saya ingat apa namanya dan dimana lokasinya, pokoknya tidak jauh dengan hotel Sakura. Tapi ada satu orang yang tidak ikut, yaitu bang Panjol yang memang tidak bisa sarapan pagi.
Setelah belanjaan sudah dibeli dan terasa lengkap, kami mengepack barang di kamar hotel. Barang-barang kemudian dibawa keluar dari hotel untuk segera di tempatkan ke dalam pickup yang akan membawa kami ke Bukit Kelam. Tapi sebelumnya foto-foto dulu.
Dan mesin pick-up pun menyala, rodanya mulai berputar, kami bergerak meninggalkan halaman hotel.
Jalan di dalam kota Sintang boleh dikatakan lumayan bagus, tapi jika dibandingkan dengan kondisi jalan diluar kota, jalan dalam kota mungkin boleh dibilang sangat mewah. Jalan yang entah sejak kapan menggunakan perkerasan batu-batu besar tersebut membuat tubuh menari-nari. Dan percayalah, Anda tidak akan suka melakukan tarian tersebut.
Alhamdulillah, tarian itu hanya berlangsung sekitar satu sampai dua jam. Setelah perjalanan penuh goyangan tersebut akhirnya kami dapat melihat Kelam. Bukit Batu yang berdiri gagah menghadap ke desa Kebong, pusat kecamatan Kelam Permai. Sakit-sakit di bemper tipis belakang badan segera terobati saat melihat tebing batu tersebut.
Mobil berbelok ke kiri, menuju taman bermain yang ada di kaki bukit kelam. Tidak lagi berlama-lama, kami langsung memulai pendakian. Lokasi tebing pemanjatan berketinggian kira-kira 60 meter mdpl. Petualangan di mulai!
Pendakian Bukit Kelam memang sangat berbeda dengan bukit-bukit lain di Kalimantan Barat. Mulai dari kakinya, Bukit Kelam langsung memberikan track yang lumayan berat. Mungkin sangat berat untuk beberapa orang, tapi bagi saya masih bisa di tolerir (ndak ade kesan sombong kan?). Keringat langsung bercucuran, otot-otot kaki dengan segera menjadi terik. Tapi tidak boleh mengeluh, ini pilihan, terus mendaki. Terus mendaki.
Beratnya track Kelam ini benar-benar menguras tenaga kami. Saya bersama seorang teman naik sedikit demi sedikit sambil ngobrol ngalur ngidul. Pendakian yang dimulai sejak siang tadi, belum juga selesai hingga azan maghrib berkumandang. Sementara langit semakin suram, kami masih merayapi tangga besi yang memang disediakan dinas pariwisata kabupaten Sintang. Langit yang semakin gelap agak menyulitkan kami untuk bergerak sehingga kami memutuskan untuk istirahat lagi, namun kami yakin base camp tempat teman-teman yang sudah duluan naik tidak akan jauh lagi.
Kira-kira pukul setengah tujuh, seberkas sinar bergerak-gerak di bawah kami. Cukup jelas bagi kami bahwa sinar tersebut berasal dari senter dan bergerak mendekati kami. Terdengar suara memanggil dari arah senter tersebut yang ternyata adalah salah satu senior kami yang tinggal di Sintang, bang Evi. Dengan bentuan penerangan dari senter bang Evi kami melanjutkan pendakian hingga sampai di camp dimana teman-teman lainnya sudah menunggu.
Makanan telah disiapkan, kami beramai-ramai makan sambil ngobrol-ngobrol dan dilanjutkan dengan beefing untuk kegiatan pendakian besok. Lanjut istirahat. Tidur.
Bangun pagi di kamar hotel, kami breefing untuk rencana kegiatan pada hari itu. Saya tidak ingat sama sekali bagaimana rencananya, intinya hari itu juga kami akan berangkat ke Bukit Kelam, tapi sebelum itu ada yang harus dibeli di pasar. O iya, malam tadi telah datang dua orang anak buah bang Junai dari Putussibau yang akan ikut dalam kegiatan pemanjatan tebing kelam ini.
Semua anggota tim keluar dari hotel untuk jalan-jalan di sekitar hotel sekalian ke pasar. Vivin sebagai satu-satunya perempuan menjadi penanggung jawab apa yang akan dibeli. Utamanya adalah sayuran. Ya, jadilah kami berangkat ke pasar untuk membeli sayuran.
Setelah belanja kami singgah di sebuah warung bubur yang tidak bisa saya ingat apa namanya dan dimana lokasinya, pokoknya tidak jauh dengan hotel Sakura. Tapi ada satu orang yang tidak ikut, yaitu bang Panjol yang memang tidak bisa sarapan pagi.
Setelah belanjaan sudah dibeli dan terasa lengkap, kami mengepack barang di kamar hotel. Barang-barang kemudian dibawa keluar dari hotel untuk segera di tempatkan ke dalam pickup yang akan membawa kami ke Bukit Kelam. Tapi sebelumnya foto-foto dulu.
Dan mesin pick-up pun menyala, rodanya mulai berputar, kami bergerak meninggalkan halaman hotel.
Jalan di dalam kota Sintang boleh dikatakan lumayan bagus, tapi jika dibandingkan dengan kondisi jalan diluar kota, jalan dalam kota mungkin boleh dibilang sangat mewah. Jalan yang entah sejak kapan menggunakan perkerasan batu-batu besar tersebut membuat tubuh menari-nari. Dan percayalah, Anda tidak akan suka melakukan tarian tersebut.
Alhamdulillah, tarian itu hanya berlangsung sekitar satu sampai dua jam. Setelah perjalanan penuh goyangan tersebut akhirnya kami dapat melihat Kelam. Bukit Batu yang berdiri gagah menghadap ke desa Kebong, pusat kecamatan Kelam Permai. Sakit-sakit di bemper tipis belakang badan segera terobati saat melihat tebing batu tersebut.
Mobil berbelok ke kiri, menuju taman bermain yang ada di kaki bukit kelam. Tidak lagi berlama-lama, kami langsung memulai pendakian. Lokasi tebing pemanjatan berketinggian kira-kira 60 meter mdpl. Petualangan di mulai!
Pendakian Bukit Kelam memang sangat berbeda dengan bukit-bukit lain di Kalimantan Barat. Mulai dari kakinya, Bukit Kelam langsung memberikan track yang lumayan berat. Mungkin sangat berat untuk beberapa orang, tapi bagi saya masih bisa di tolerir (ndak ade kesan sombong kan?). Keringat langsung bercucuran, otot-otot kaki dengan segera menjadi terik. Tapi tidak boleh mengeluh, ini pilihan, terus mendaki. Terus mendaki.
Beratnya track Kelam ini benar-benar menguras tenaga kami. Saya bersama seorang teman naik sedikit demi sedikit sambil ngobrol ngalur ngidul. Pendakian yang dimulai sejak siang tadi, belum juga selesai hingga azan maghrib berkumandang. Sementara langit semakin suram, kami masih merayapi tangga besi yang memang disediakan dinas pariwisata kabupaten Sintang. Langit yang semakin gelap agak menyulitkan kami untuk bergerak sehingga kami memutuskan untuk istirahat lagi, namun kami yakin base camp tempat teman-teman yang sudah duluan naik tidak akan jauh lagi.
Kira-kira pukul setengah tujuh, seberkas sinar bergerak-gerak di bawah kami. Cukup jelas bagi kami bahwa sinar tersebut berasal dari senter dan bergerak mendekati kami. Terdengar suara memanggil dari arah senter tersebut yang ternyata adalah salah satu senior kami yang tinggal di Sintang, bang Evi. Dengan bentuan penerangan dari senter bang Evi kami melanjutkan pendakian hingga sampai di camp dimana teman-teman lainnya sudah menunggu.
Makanan telah disiapkan, kami beramai-ramai makan sambil ngobrol-ngobrol dan dilanjutkan dengan beefing untuk kegiatan pendakian besok. Lanjut istirahat. Tidur.
bolehlah ajak kamek kapan2... :D
ReplyDeleteboleh lah... in sya Allah ada umur kite silaturahmi ke Bukit Kelam...
Delete