Setelah dua hari satu malam, tiba waktunya kami menginjakkan kaki diatas pasir Pantai Temajuk. Dua perahu kecil (kalau tidak salah) menjemput kami dari kapal yang tidak bisa mendarat dan mengantarkan kami ke Desa Camar Bulan. Laut tampaknya sedang tenang, ombak tidak begitu besar, hanya gulungan-gulungan kecil bergerak pelan memeluk pasir dan membasahi celana panjang saya.
Diatas perahu penjemput menuju Pantai Temajuk
Selayaknya tamu yang sopan, panitia dan peserta mendatangi kantor kepala desa yang terletak beberapa menit berjalan kaki dari kumpulan rumah-rumah warga. Kepala Desa menyambut kami dengan senyum ramah. Konon katanya kru-kru film Bollywood dulu sering shooting film di Pantai Temajok, bahkan Shahrukh Khan pernah singgah di sana, apakah Shahrukh Khan yang artis Bollywood itu atau bukan saya tidak tahu. Pokoknya ceritanya begitu, bisa jadi nyata, bisa jadi hanya isu.
Laporan kedatangan dan silaturahmi dengan Kepala Desa Temajuk
Dari Kantor Kepala Desa, kami berjalan kaki melewati pemukiman warga menuju barak TNI, di barak TNI tersebut kami akan melaksanakan beberapa rangkaian kegiatan yang telah direncanakan panitia sebelumnya.
Pada malam pertama di Desa Temajok, kepala desa dengan beberapa perangkat desa lainnya datang ke barak. Silaturahmi dan interaksi dengan rasa kekeluargaan yang lebih kental terasa pada malam itu. Pada malam itu kami ketahui warga negara Indonesia bisa masuk ke wilayah Malaysia dengan berbekal surat jalan dari kepala desa Temajok, tidak perlu passport atau visa.
Setelah acara silaturahmi dan ramah tamah dengan kepala desa, acara dilanjutkan dengan pembukaan acara pertemuan Mahasiswa Pencinta Alam Tingkat Perguruan Tinggi Se-Kalimantan Barat dan selepas itu kami langsung melaksanakan diskusi-diskusi yang membahas masalah-masalah terkait keorganisasian dan masalah lingkungan di Kalimantan Barat. Akhir kegiatan pada malam itu adalah tidur, persiapan untuk perjalanan besok ke titik paling barat dari Pulau Kalimantan.
Tapal Batas
Suatu hari pada tahun 2005, saya pernah berkunjung ke Pantai Selimpai, yang juga berada di kecamatan Paloh (baca ceritanya disini). Pantai Selimpai terletak lebih dekat dengan Pusat Kecamatan Paloh. Saat akan pulang dari Pantai Selimpai saat itu, terlintas di benak saya, bahwa suatu saat saya akan mengunjungi tempat yang berada lebih utara dari Selimpai di Desa Sebubus.
Tahun 2007, doa tersebut terkabul, lebih jauh dari Pantai Temajuk, saya dan rekan-rekan lainnya juga mengunjungi Tanjung Datok, bagian pulau Kalimantan yang tampak seperti ekor di peta. Dari Temajuk, kami menggunakan beberapa perahu kecil bersama beberapa anggota TNI yang akan melakukan patroli biasa di kawasan yang sebenarnya dalam status sengketa dengan Malaysia.
Menuju Tanjung Datuk bersama anggota TNI
Setelah perjalanan sekitar dua jam, kami mendarat di pinggiran daratan yang terjal berbatu. Kayu-kayu dari hutan sekitar dirangkai menjadi jembatan dan tangga untuk memudahkan para pekerja yang sedang membangun mercusuar pemerintah Indonesia. Mercusuar itulah tujuan utama kami berkunjung ke Tanjung Datuk.
Sebenarnya sejak lama sudah ada mercusuar di Tanjung Datuk, Temajok, namun sejak terjadinya insiden Sipadan dan Ligitan yang lepas dari wilayah NKRI, pemerintah Indonesia mulai sedikit memperhatikan batas-batas terluar dari wilayah NKRI, termasuk wilayah Tanjung Datuk yang desa Temajuk yang berbatasan langsung dengan Kampung Telok Melano, Sarawak, Malaysia. Karena itu pemerintah kemudian membuat program perbaikan dan pembangunan mercusuar di titik-titik pulau terluar perbatasan wilayah Indonesia.
Mercusuar Indonesia dan Malaysia, Batas Tanah Tetangga
Setelah mendaki lereng bukit dengan kemiringan sekitar 45 derajat, kami sampai di bagian puncak bukit Tanjung Datuk. Terdapat empat bangunan mercusuar di atas bukit kawasan Tanjung Datuk, dua mercusuar milik Malaysia yang salah satunya sudah tidak lagi beroperasi, dan dua milik Indonesia yang salah satunya sedang dibanguna. Mercusuar milik Indonesia yang sedang dibangun berbentuk seperti menara pemancar yang sangat tinggi.
Saat sedang berkeliling melihat kondisi komplek mercusuar tersebut, seorang anggota TNI menunjukkan pada kami batu dari beton berbentuk persegi berukuran 1x1m. Menurut pak tentara tersebut, sebenarnya diatas batu persegi tersebut terdapat angka-angka titik koordinat yang menjadi penanda batas antara Indonesia dan malaysia yang didasarkan pada kesepakatan antara Inggris (penjajah malaysia) dan Belanda (penjajah Indonesia). Namun pada saat kunjungan saya tersebut, angka-angka tersebut sudah tidak ada lagi, dan beton persegi tersebut telah di pagari oleh malaysia sehingga masuk kedalam wilayah mereka, bahkan antara beton dan pagar tersebut masih ada jarak sekitar dua meter.
Dalam kunjungan ke Tanjung Datuk tersebut Alhamdulillah saya sempat naik keatas menara mercusuar milik Indonesia. Diatas saya bertemu dengan dua orang teknisi yang menjadi koordinator pembangunan mercusuar tersebut. Dari perbincangan dengan dua orang bapak yang sepertinya sudah berusia lewat dari setengah abad, saya ketahui beliau berdua adalah pegawai di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kenapa orang LIPI yang menjadi penanggung jawab pembangunan mercusuar tersebut? Kalau saya tidak salah, Karena pembangunan mercusuar membutuhkan ketepatan koordinat lokasi pembangunannya. Dan mungkin memang ada alat tertentu yang membutuhkan orang yang ahli untuk pemasangannya, ini hanya dugaan saya.
Berpose di Atas Menara Mercusuar Tanjung Datuk, Temajuk, Paloh.
Kedua orang bapak-bapak dari LIPI tersebut ternyata juga yang bertanggung jawab atas pembangunan mercusuar-mercusuar lain di seluruh pulau-pulau terluar dekat perbatasan wilayah Indonesia. Pembaca sekalian tentu pernah mendengar tentang gangguan kapal perang Malaysia saat pembangunan mercusuar Indonesia di Ambalat, kedua orang tua yang saya temui di Tanjung Datuk tersebut ternyata juga berada di mercusuar yang sedang dibangun tersebut. Mereka merasakan langsung intimidasi yang dilakukan kapal perang Malaysia saat mereka sedang membangun mercusuar tersebut.
Mercusuar baru milik Indonesia di Tanjung Datuk dibuat jauh lebih tinggi daripada yang salam dan daripada milik Malaysia, cukup jelas bagi orang yang melihatnya bahwa pemerintah Indonesia pada saat itu ingin menunjukkan kepada warga negara Indonesia dan kepada pemerintah Malaysia bahwa Pemerintah Indonesia serius memperhatikan tapal batas di Tanjung Datuk.
Setelah beberapa jam memuaskan rasa penasaran mengelilingi lokasi pembangunan mercusuar baru milik pemerintah Indonesia, kami turun ke pondok pekerja yang berada di bawah bukit dekat dengan laut. Setelah itu kami kembali ke pantai Desa Temajuk menggunakan perahu yang sama dengan saat kami berangkat pagi hari.
Sebelumnya: Pantai Temajuk, Perjalanan Panjang
Selanjutnya: Dari Temajuk ke Telok Melano
Sebelumnya: Pantai Temajuk, Perjalanan Panjang
Selanjutnya: Dari Temajuk ke Telok Melano
Comments
Post a Comment